
Ada dua
persimpangan dalam kehidupan manusia yaitu hawa nafsu yang senantiasa menggoda
dan keimanan yang mantap kepada Allah Swt. Untuk memilih dua jalan ini manusia
dibekali dengan akal untuk menilai mana yang baik diantara keduanya. Bagi
manusia yang memilih beriman kepada Allah, merekalah orang yang mendapat
keberuntungan. Namun sebaliknya, mereka yang memilih jalan menurut hawa nafsu,
maka akibatnya amat buruk dengan balasan azab yang telah disediakan oleh Allah
Swt.
Kedatangan bulan
Ramadan, seharusnya mampu menjadikan manusia berupaya semaksimal mungkin
merebut kesempatan untuk mendapatkan ganjaran pahala sebanyak-banyaknya, meski
tidak mudah karena senantiasa berhadapan dengan rintangan dan halangan. Namun
itulah makna jihad yang sesungguhnya, jihad melawan hawa nafsu yang sentiasa
mendorong manusia melakukan kejahatan dan perkara-perkara yang keji. Jika
berhasil, maka berbahagialah mereka. Namun jika gagal, maka tentu akan termasuk
orang yang tidak saja rugi di dunia, namun juga rugi di akhirat. Na’udzubillah
min dzalik...
Bulan Ramadan bisa
diibaratkan sebagai medan latihan atau sebagai sekolah yang mendidik jiwa
manusia dan berupaya membangun potensi manusia terutama pada tiga kekuatan yang
ada pada diri manusia yaitu:
Pertama, Ramadan memberi kekuatan kepada akal yang dapat diasah
melalui pembacaan Al-Quran. Tadarus ini dapat gunakan pula untuk menambah nilai
kemanusiaan dalam mengisi pembangunan secara menyeluruh. Kedua, Ramadan memberi kekuatan
kepada jiwa yang bisa dibangun dengan memperbanyak amalan-amalan sunat dan
melakukan aktifitas yang baik dalam masyarakat serta menahan diri dari kehendak
hawa nafsu dan godaan syaitan dalam kehidupan. Ketiga, Ramadan memberi kekuatan kepada fisik. Secara saintis,
ibadah puasa telah dibuktikan mampu membantu meningkatkan kesehatan manusia
secara fisik. Para pakar kesehatan menyatakan bahwa puasa mampu menjadi cara
yang paling efektif untuk mengobati berbagai penyakit. Hal ini sesuai dengan
kondisi saat ini yang sedang dilanda pandemi Covid 19. Artinya, puasa mampu
membentengi diri secara fisik. Kehati-hatian dalam mengonsumsi makanan ketika
bulan Ramadhan juga menjadi bagian penting dalam meningkatkan imunitas tubuh.
Ramadhan mampu melatih dalam memfilter
masuknya zat-zat yang bisa merusak tubuh.
Pada akhirnya,
berdasarkan tiga kekuatan tersebut, yaitu keteguhan iman, ketangkasan mental
dan kekuatan fisik diharapkan akan dapat membentuk jati diri muslim yang kokoh
imannya dan kuat imunitasnya. Dari sini seorang muslim akan mampu melaksanakan
berbagai kebaikan terhadap dirinya, keluarganya, masyarakat dan negara. Wallahu a’lam…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar