ASBABUN
NUZUL
Siapa
umat Islam yang tidak tahu seorang pria bernama Luqman? Pastinya semua umat
Islam tahu. Ya, Luqman adalah seorang pria yang namanya diabadikan oleh Allah
dalam al-Qur’an. Tepatnya dalam surat ke 31, Surat Luqman. Banyak ulama yang
meriwayatkan tentang dirinya. Ada beberapa ulama yang mengatakan bahwa dia seorang
nabi (tetapi bukan rasul), sehingga memanggilnya dengan Luqman a.s. (‘alaihissalam).
Namun, ada juga yang mengatakan bahwa Luqman adalah seorang penggembala, yang
Allah karuniakan kepadanya akhlaq dan kebaikan hati sehingga namanya harum
dalam al-Qur’an. Pendapat yang paling banyak diterima adalah yang kedua, yaitu
Luqman adalah seorang manusia dapata, bukan nabi atau rasul, tetapi memiliki
hati dan akhlaq yang baik.
Diriwayatkan,
Luqman adalah seorang penggembala yang hidup selama 1000 tahun. Sehingga konon
dia masih menjumpai masa di mana Nabi Daud a.s. berkuasa. Luqman sendiri
diriwayatkan masih sedarah dengan Nabi Ayub a.s. dari keturunan Nabi Ibrahim a.s.
Wallahu’alam bisshawab. Siapa pun Luqman, kita percaya bahwa ketika
Allah mengharumkan nama dan nasehatnya dalam al-Qur’an, dia adalah seorang alim
yang akhlaknya sungguh baik dan luar biasa.
Suatu
hari, Luqman beserta anak lelakinya dalam perjalanan menuju ke kota. Luqman menaiki
keledainya, sedang si anak berjalan di sebelahnya. Orang-orang
memperbincangkannya, bagaimana bisa seorang ayah tega naik keledai, sedangkan
anaknya dibiarkan berjalan. Lalu setelah mendengarnya, Luqman turun dan
menaikkan anaknya ke keledai, sedangkan dia berjalan di sebelahnya. Namun,
orang-orang yang melihat kembali memperbincangkan mereka, bagaimana bisa
seorang anak tega membiarkan ayahnya yang telah renta berjalan, sedangkan dia
naik keledainya. Lalu, setelah mendengarnya, Luqman ikut naik ke atas keledai
bersama anaknya, namun lagi-lagi orang memperbincangkan mereka.
Orang-orang
berkata, bagaimana bisa ada ayah dan anak yang tega menaiki keledai kecil
sekaligus, kasihan sekali keledainya. Luqman yang mendengar perbincangan
tersebut lalu mengajak anaknya turun dan mereka berjalan di sebelah keledainya.
Namun, lagi-lagi orang kembali memperbincangkan mereka. Bagaimana ada seorang ayah
dan anak bodoh yang berjalan kaki begitu saja, sedangkan mereka memiliki
keledai yang bisa dinaiki. Luqman kemudian diam saja sampai di kota.
Sesampainya
di kota, Luqman mendudukkan anak lelakinya dan memberinya nasehat. Bahwasanya,
apapun perkataan manusia adalah perkataan semata. Kita tak perlu memusingkan
apa perkataan mereka, karena kebenaran hanyalah milik Allah semata. Di antara
nasehat yang disampaikan Luqman kepada putranya adalah (a) jangan sekali-kali
menyekutukan
Allah sebab perbuatan syirik merupakan dosa besar yang tak terampuni; (b)
bersikap taat dan berbuat baik kepada kedua orang tua yang memiliki andil besar
dalam kelangsungan hidup setiap anak manusia.
Tafsir
Q.S. Luqman/31: 13-14
Ayat tersebut mengandung pengertian
bahwa hendaknya kita saling menasihati. Apabila di antara kita ada yang lengah
dan akan berbuat kemaksiatan atau kejahatan atau pun kemusyrikan atau yang lainnya,
kita berkewajiban mengingatkannya.
Dalam hadis ditegaskan, jika kita
melihat suatu kemungkaran maka kita diperintahkan untuk mengingatkannya dengan
tangan atau kekuasaaan, jika tidak mampu, maka dengan menggunakan lisan, dan
jika dengan lisan juga tidak mampu, hendaknya dengan mendoakannya agar tidak
jadi melakukan kemaksiatan atau kemungkaran.
Perilaku saling Menasehati dan Berbuat Baik dalam Kehidupan
Agama Islam mengajarkan
supaya pemeluknya saling menasehati dan berbuat baik terhadap siapa saja.
Bahkan kepada makhluk lain pun harus berbuat baik karena saling menasihati dan
berbuat baik itu banyak manfaat dan hikmahnya. Di antara manfaat dan hikmat
disyariatkan saling menasihati dalam kebaikan itu adalah sebagai berikut.
1. Mempererat hubungan
antara sesama
Nasihat menasihat antara
sesama itu dapat menumbuhkan rasa kebersamaan sehingga dapat mempererat
hubungan antara satu
dengan yang lainnya.
2. Tergolong orang yang
tidak rugi dalam hidupnya.Orang yang saling menasihat dalam kebaikan itu tidak
akan rugi dalam hidupnya. Hal ini dijelaskan dalam Surah al-‘Asr.
3.
Selalu terkontrol
Akan
teringat jika akan berbuat kemaksiatan, sehingga tidak jadi berbuat
kemaksiatan, karena diingatkan oleh temannya. Akan memperoleh pahala dari Allah
Swt, karena nasihat
menasihati
itu melaksanakan perintah Allah Swt. Sebagaimana diamanahkan dalam surah al-‘Asr
ayat 1-3.
Hikmah dan Manfaat Saling Menasehati
Dalam al-Qur’an surah al-‘Asr,
Allah Swt. menjelaskan kepada kita tentang ciri orang beriman, yaitu
orang-orang yang saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Artinya,
setiap muslim beriman hendaknya berupaya semaksimal mungkin untuk saling
mengajak kepada kebaikan, mengajak kepada hal yang akan mendekatkan kepada Allah
Swt. dan, melarang dari perbuatan yang tidak disukai Allah Swt.
Salah satu hikmah mengapa
kita harus saling menasihati adalah karena setiap orang mendambakan keselamatan
hidup. Keselamatan dari kerusakan dari hal-hal yang membahayakan dirinya, lahir
atau batin. Harus ada yang memberitahukan kepada kepada kita tentang hal-hal yang
tidak kita ketahui tersebut. Pemberitahuan itulah yang menjadi sebuah nasihat, masukan, atau
kritikan. Sungguh sangat penting sebuah nasihat dalam kehidupan agar kita tahu
kekurangan kita dan segera memperbaikinya.
Sayangnya, di antara kita
masih belum siap menerima kritikan atau nasihat dari orang lain. Terlebih jika
orang yang memberi nasehat itu kita anggap lebih rendah dari kita, sehingga
langkah awal kita untuk mengamalkan ayat di atas adalah berusaha menerima
kritikan atau saran dari siapa pun tentang diri kita tanpa melihat dari siapa
yang mengeluarkan nasehat tersebut.
Kita harus selalu bahagia
ketika ada yang memberikan saran kepada kita. Ibarat cermin kita selalu ingin
tampak rapi di depan cermin. Jika ada yang berantakan tanpa segan kita
membetulkannya. Kita tidak kesal dengan cermin yang menampilkan bayangan kita yang
berantakan.
Justru kita tetap
merapihkan bagian yang kurang bagus. Begitulah orang yang selalu senang
menerima kritikan dari orang lain. Ia akan berterima kasih, bukannya marah atau
kesal. Yang ia lakukan selanjutnya adalah segera memperbaiki kekurangan yang
disebutkan itu, seperti saat ia lantas merapikan dirinya di depan cermin.
Seandainya setiap orang
mampu bersikap seperti ini, yaitu senang menerima kritikan dan segera
memperbaikinya, tentu setiap akhlak, perilaku kita dapat terjaga. Begitu ada
yang salah dengan sikap kita, orang yang lain sigap memberitahukannya.
Mudah-mudahan suatu saat kita memiliki lingkungan seperti ini. Inilah hidup
jika saling menasehati,
Insya Allah Swt.
Sumber: Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XII, Kementerian Agama R.I, 2019.
TUGAS:
1. Salinlah kembali Q.S. Luqman ayat 13-14 lengkap dengan terjemahannya
2. Bacalah Q.S. Lukman ayat 13-14 tersebut dan videokan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar