Selasa, 21 Juli 2020

SALING MENASEHATI DAN BERBUAT BAIK







ASBABUN NUZUL
Siapa umat Islam yang tidak tahu seorang pria bernama Luqman? Pastinya semua umat Islam tahu. Ya, Luqman adalah seorang pria yang namanya diabadikan oleh Allah dalam al-Qur’an. Tepatnya dalam surat ke 31, Surat Luqman. Banyak ulama yang meriwayatkan tentang dirinya. Ada beberapa ulama yang mengatakan bahwa dia seorang nabi (tetapi bukan rasul), sehingga memanggilnya dengan Luqman a.s. (‘alaihissalam). Namun, ada juga yang mengatakan bahwa Luqman adalah seorang penggembala, yang Allah karuniakan kepadanya akhlaq dan kebaikan hati sehingga namanya harum dalam al-Qur’an. Pendapat yang paling banyak diterima adalah yang kedua, yaitu Luqman adalah seorang manusia dapata, bukan nabi atau rasul, tetapi memiliki hati dan akhlaq yang baik.
Diriwayatkan, Luqman adalah seorang penggembala yang hidup selama 1000 tahun. Sehingga konon dia masih menjumpai masa di mana Nabi Daud a.s. berkuasa. Luqman sendiri diriwayatkan masih sedarah dengan Nabi Ayub a.s. dari keturunan Nabi Ibrahim a.s. Wallahu’alam bisshawab. Siapa pun Luqman, kita percaya bahwa ketika Allah mengharumkan nama dan nasehatnya dalam al-Qur’an, dia adalah seorang alim yang akhlaknya sungguh baik dan luar biasa.
Suatu hari, Luqman beserta anak lelakinya dalam perjalanan menuju ke kota. Luqman menaiki keledainya, sedang si anak berjalan di sebelahnya. Orang-orang memperbincangkannya, bagaimana bisa seorang ayah tega naik keledai, sedangkan anaknya dibiarkan berjalan. Lalu setelah mendengarnya, Luqman turun dan menaikkan anaknya ke keledai, sedangkan dia berjalan di sebelahnya. Namun, orang-orang yang melihat kembali memperbincangkan mereka, bagaimana bisa seorang anak tega membiarkan ayahnya yang telah renta berjalan, sedangkan dia naik keledainya. Lalu, setelah mendengarnya, Luqman ikut naik ke atas keledai bersama anaknya, namun lagi-lagi orang memperbincangkan mereka.
Orang-orang berkata, bagaimana bisa ada ayah dan anak yang tega menaiki keledai kecil sekaligus, kasihan sekali keledainya. Luqman yang mendengar perbincangan tersebut lalu mengajak anaknya turun dan mereka berjalan di sebelah keledainya. Namun, lagi-lagi orang kembali memperbincangkan mereka. Bagaimana ada seorang ayah dan anak bodoh yang berjalan kaki begitu saja, sedangkan mereka memiliki keledai yang bisa dinaiki. Luqman kemudian diam saja sampai di kota.
Sesampainya di kota, Luqman mendudukkan anak lelakinya dan memberinya nasehat. Bahwasanya, apapun perkataan manusia adalah perkataan semata. Kita tak perlu memusingkan apa perkataan mereka, karena kebenaran hanyalah milik Allah semata. Di antara nasehat yang disampaikan Luqman kepada putranya adalah (a) jangan sekali-kali
menyekutukan Allah sebab perbuatan syirik merupakan dosa besar yang tak terampuni; (b) bersikap taat dan berbuat baik kepada kedua orang tua yang memiliki andil besar dalam kelangsungan hidup setiap anak manusia.

Tafsir Q.S. Luqman/31: 13-14
Ayat tersebut mengandung pengertian bahwa hendaknya kita saling menasihati. Apabila di antara kita ada yang lengah dan akan berbuat kemaksiatan atau kejahatan atau pun kemusyrikan atau yang lainnya, kita berkewajiban mengingatkannya.
Dalam hadis ditegaskan, jika kita melihat suatu kemungkaran maka kita diperintahkan untuk mengingatkannya dengan tangan atau kekuasaaan, jika tidak mampu, maka dengan menggunakan lisan, dan jika dengan lisan juga tidak mampu, hendaknya dengan mendoakannya agar tidak jadi melakukan kemaksiatan atau kemungkaran.

Perilaku saling Menasehati dan Berbuat Baik dalam Kehidupan
Agama Islam mengajarkan supaya pemeluknya saling menasehati dan berbuat baik terhadap siapa saja. Bahkan kepada makhluk lain pun harus berbuat baik karena saling menasihati dan berbuat baik itu banyak manfaat dan hikmahnya. Di antara manfaat dan hikmat disyariatkan saling menasihati dalam kebaikan itu adalah sebagai berikut.
1. Mempererat hubungan antara sesama
Nasihat menasihat antara sesama itu dapat menumbuhkan rasa kebersamaan sehingga dapat mempererat hubungan antara satu
dengan yang lainnya.
2. Tergolong orang yang tidak rugi dalam hidupnya.Orang yang saling menasihat dalam kebaikan itu tidak akan rugi dalam hidupnya. Hal ini dijelaskan dalam Surah al-‘Asr.
3. Selalu terkontrol
Akan teringat jika akan berbuat kemaksiatan, sehingga tidak jadi berbuat kemaksiatan, karena diingatkan oleh temannya. Akan memperoleh pahala dari Allah Swt, karena nasihat
menasihati itu melaksanakan perintah Allah Swt. Sebagaimana diamanahkan dalam surah al-‘Asr ayat 1-3.

Hikmah dan Manfaat Saling Menasehati
Dalam al-Qur’an surah al-‘Asr, Allah Swt. menjelaskan kepada kita tentang ciri orang beriman, yaitu orang-orang yang saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Artinya, setiap muslim beriman hendaknya berupaya semaksimal mungkin untuk saling mengajak kepada kebaikan, mengajak kepada hal yang akan mendekatkan kepada Allah Swt. dan, melarang dari perbuatan yang tidak disukai Allah Swt.
Salah satu hikmah mengapa kita harus saling menasihati adalah karena setiap orang mendambakan keselamatan hidup. Keselamatan dari kerusakan dari hal-hal yang membahayakan dirinya, lahir atau batin. Harus ada yang memberitahukan kepada kepada kita tentang hal-hal yang tidak kita ketahui tersebut. Pemberitahuan itulah yang  menjadi sebuah nasihat, masukan, atau kritikan. Sungguh sangat penting sebuah nasihat dalam kehidupan agar kita tahu kekurangan kita dan segera memperbaikinya.
Sayangnya, di antara kita masih belum siap menerima kritikan atau nasihat dari orang lain. Terlebih jika orang yang memberi nasehat itu kita anggap lebih rendah dari kita, sehingga langkah awal kita untuk mengamalkan ayat di atas adalah berusaha menerima kritikan atau saran dari siapa pun tentang diri kita tanpa melihat dari siapa yang mengeluarkan nasehat tersebut.
Kita harus selalu bahagia ketika ada yang memberikan saran kepada kita. Ibarat cermin kita selalu ingin tampak rapi di depan cermin. Jika ada yang berantakan tanpa segan kita membetulkannya. Kita tidak kesal dengan cermin yang menampilkan bayangan kita yang berantakan.
Justru kita tetap merapihkan bagian yang kurang bagus. Begitulah orang yang selalu senang menerima kritikan dari orang lain. Ia akan berterima kasih, bukannya marah atau kesal. Yang ia lakukan selanjutnya adalah segera memperbaiki kekurangan yang disebutkan itu, seperti saat ia lantas merapikan dirinya di depan cermin.
Seandainya setiap orang mampu bersikap seperti ini, yaitu senang menerima kritikan dan segera memperbaikinya, tentu setiap akhlak, perilaku kita dapat terjaga. Begitu ada yang salah dengan sikap kita, orang yang lain sigap memberitahukannya. Mudah-mudahan suatu saat kita memiliki lingkungan seperti ini. Inilah hidup jika saling menasehati,
Insya Allah Swt.

Sumber: Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XII, Kementerian Agama R.I, 2019. 


TUGAS:
1. Salinlah kembali Q.S. Luqman ayat 13-14 lengkap dengan terjemahannya
2. Bacalah Q.S. Lukman ayat 13-14 tersebut dan videokan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar