Jumat, 07 April 2023

RAMADHAN: BEST PRACTICE DAN PROSES MEMBENTUK KARAKTER

Oleh: Supriadi, S.Ag., M.Pd.I

    Misi penting yang dibawa Nabi Muhammad saw. adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sebuah misi yang sangat mulia dan tidak semua orang mampu untuk mengemban amanah ini. Kondisi geografis dan sosiologis bangsa Arab yang luar biasa “minus” di masa itu sungguh menjadi perpaduan komplit beratnya perjuangan Nabi Muhammad saw. Namun karena bimbingan Allah jualah, karakter masyarakat jahiliyah itu mampu berubah bahkan mengubah tatanan dunia hanya dalam dua dekade.

Setiap syariat yang diturunkan Allah untuk manusia melalui utusanNya pasti mengandung hikmah dan pelajaran berharga di dalamnya. Ungkapan dibalik sunah ada kejayaan bukanlah pameo semata karena memang banyak fakta empiris yang menunjukkan hal itu. Allah Swt. menurunkan syariat puasa kepada Nabi Muhammad saw. untuk dilaksanakan oleh umatnya adalah menjadi bagian dari best practice yang akan membawa manfaat sebesar-besarnya untuk manusia. Dari sisi ini sudah bisa diambil pelajaran bahwa “Khairun naas anfa’uhum linnaas” sungguh terus dikawal oleh Allah agar hambanya benar-benar mampu memberi manfaat bagi kehidupan alam semesta.

Sebuah keniscayaan yang tak bisa dipungkiri bahwa Allah adalah Sang Maha Mendidik. Dia senantiasa mengajarkan proses dalam menggapai tujuan dan bukan mendapatkannya secara instan. Artinya, setelah menetapkan tujuan, maka manusia harus berusaha menggapai tujuan itu melalui sebuah proses. Disinilah Allah yang juga dikenal dengan “Rabb” memberikan pendidikan untuk manusia yang mau memanfaatkan fungsi pikirnya.

M. Quraish Shihab dalam tafsirnya Al-Misbah Kesan, Pesan, dan Keserasian Al-Qur’an menyebutkan bahwa kata Rabb seakar dengan kata tarbiyah yaitu mengarahkan sesuatu tahap demi tahap menuju kesempurnaan kejadian dan fungsinya. Muhammad Rasyid Ridha menyebutkan dalam Tafsir Surah al-Fatihah wa Sittu suwar min khawatim al-Qur’an menyebutkan bahwa ada dua jenis pemeliharaan (tarbiyah) Allah terhadap manusia. Pertama Tarbiyah khalqiyah (pemeliharaan fisikal) yaitu menumbuhkan dan meyempurnakan bentuk tubuh, serta memberikan daya jiwa dan akal. Kedua, tarbiyah syar’iyah ta’limiyah (pemeliharaan syari’at dan pengajaran), yaitu menurunkan wahyu kepada salah seorang di antara mereka untuk menyempurnakan fitrah manusia dengan ilmu dan amal.

Dari sini mulai muncul pemahaman bahwa kesempurnaan akhlak manusia tidak serta merta tapi melalui sebuah proses pembiasaan dan bimbingan dari Allah melalui tuntunan Nabi Muhammad saw. Proses yang terus terjaga inilah yang kemudian mampu mengubah karakter seseorang secara utuh pada ranah afektif, kognitif, dan psikomotor. Ramadhan menjadi bagian dari pemeliharaan syariat agar manusia tetap mengedepankan akhlak mulia melalui best practice selama sebulan, bahkan melampauinya hingga menjadi personal karakter yang berlangsung sepanjang hayat.

Betapa tidak, sebulan penuh Allah swt mendidik manusia yang beriman pada ranah afektif agar menjadi pintar merasa dan bukan merasa pintar. Rasa lapar dan dahaga serta kemampuan mengekang nafsu menjadi upaya memunculkan rasa empati, kepekaan, dan kepedulian yang tinggi terhadap sesama manusia bahkan alam semesta. Boleh jadi orang yang berpuasa hanya merasa lapar dan haus sehari saja, sementara di luar sana ada banyak orang yang menahan lapar selama berhari-hari. Saling berbagi antar sesama menjadi syariat penting dengan ganjaran pahala berlipat agar makin terasah kepekaan sosial terhadap sesama. Inilah proses pendidikan dan latihan yang Allah turunkan agar manusia tetap terjaga kualitas sosialnya.

Pada ranah kognitif, Ramadhan menjadi sebuah momentum untuk melakukan evaluasi. Teori Bloom menunjukkan bahwa tingkatan kognitif paling tinggi adalah mampu mengevaluasi. Karenanya, Ramadhan sebagai salah satu kesempatan emas bagi orang beriman hendaknya mampu mendorong pelaksananya untuk memikirkan secara evaluatif dari kegiatan ramadhannya. Ramadhan dari aspek ini mengajarkan kepada semua agar mampu melakukan evaluasi dalam rangka perbaikan. Munculkan pertanyaan-pertanyaan dalam diri sebagai bahan evaluasi, misalnya “Apakah Ramadhan memberikan kesan positif bagi diri pribadi?” “Mampukah Ramadhan mengubah prilaku individu menjadi lebih baik?” “Apakah Ramadhan kali ini memberi kesan bermakna dalam hidup?” serta pertanyaan-pertanyaan lain yang menggugah setiap individu agar mulai berbenah.

Jika dilihat pada aspek psikomotor maka sesungguhnya ibadah Ramadhan mampu mendorong umat Islam untuk memperbanyak variasi ibadah dengan berbagai bentuknya, Ada banyak varian ibadah yang dituntunkan Nabi Muhammad saw. mulai dari ibadah individual maupun ibadah sosial. Baik yang ringan, sederhana hingga yang berat sekalipun. Selain itu, Ramadhan juga mampu menghidupkan malam-malamnya dengan bacaan-bacaan al-Qur'an dan shalat-shalat Sunnah. Aktivitas positif Ramadhan di berbagai tempat itu, seharusnya dapat pula berjalan hingga awal-awal bulan syawal, bahkan harus mampu hidup di setiap bulan. Sehingga pada akhirnya, manusia-manusia beriman itu bisa meraih derajat taqwa sebagai tujuan puasa itu dan menjadi pemenang di Idul Fitri. Dengan begitu ia tidak saja menjadi hamba Ramadhaniyun yang ibadahnya hanya tampak pada bulan Ramadhan saja, tapi mampu menjadi hamba yang Rabbaniyun dimana aktifitas spiritualnya melampaui Ramadhan.

Hadirnya Ramadhan merupakan jalan untuk memulihkan perilaku-perilaku negatif dan membentuk insan yang memiliki akhlak mulia, seperti kejujuran, disiplin, kesabaran, amanah, silaturahmi dan kesungguhan dalam beraktivitas, berempati, pengendalian diri dan solidaritas sosial. Nilai-nilai tersebut akan menjadi hiasan bagi mereka yang berpuasa dengan benar dan tulus ikhlas, serta menjadi best practice dalam kehidupan individual. Hasilnya akan adalah muncul karakter positif dan akhlak mulia. Di Madrasah Ramadhan Allah memberikan pelatihan dan pendidikan selama sebulan penuh  untuk melakukan proses internalisasi nilai-nilai positif yang ditransformasikan kepada mereka yang berpuasa. Semuanya berimplikasi dalam sikap keseharian, baik di rumah, kantor maupun masyarakat. (Penulis adalah Staf Pengajar SMA Negeri 1 Manado, alumni IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan UIN Alauddin Makassar, pernah belajar di The University of Adelaide, South Australia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar