Selasa, 26 Mei 2020

PAS KELAS XI SMANSA 2020



SMAN 1 MANADO Profile | DBL ID


PENILAIAN AKHIR SEMESTER T.A. 2019/2020
SMA NEGERI 1 MANADO
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

KELAS XI MIPA, IPS, BAHASA


Jawablah soal-soal berikut dengan baik dan benar!



1.      Tuliskan 2 Tokoh yang memelopori gerakan pembaruan Islam di dunia!
2.      Tuliskan 2 Tokoh Pembaruan Islam di Indonesia!
3.      Tuliskan 2 perilaku yang dapat dijadikan cerminan terhadap penghayatan akan sejarah perkembangan Islam pada masa pembaruan!
4.      Tuliskan pelajaran penting dari Q.S. Yunus ayat 41!
5.      Jelaskan toleransi yang dicontohkan Nabi Muhammad saw.!


Catatan:
1. Isilah daftar hadir yang sudah disiapkan
2. Tugas ditulis rapi di atas kertas dengan mencantumkan nama dan kelas.
3. Selesai dikerjakan, pada bagian akhir dibubuhi ditandatangani orang tua/wali
4. Waktu pengiriman via WA sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan




PAS KELAS X SMANSA 2020


SMAN 1 MANADO Profile | DBL ID



PENILAIAN AKHIR SEMESTER T.A. 2019/2020
SMA NEGERI 1 MANADO
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

KELAS X MIPA, IPS, BAHASA

Jawablah soal-soal berikut dengan baik dan benar!

1.   Tuliskan 3 Strategi dakwah Nabi Muhammad di Madinah!
2.   Jelaskan pengertian Zina!
3.   Apa yang dimaksud dengan Zina Muhsan dan Ghairu Muhsan?
4.   Jelaskan yang dimaksud dengan ZAKAT FITRAH dan ZAKAT MAAL!
5.   Ketentuan zakat fitrah adalah 2,5 kg/jiwa. Jika Harga beras di pasaran Rp 11.500/kg, Hitunglah zakat fitrah untuk 5 orang!



Catatan:
1. Isilah daftar hadir yang sudah disiapkan
2. Tugas ditulis rapi di atas kertas dengan mencantumkan nama dan kelas.
3. Selesai dikerjakan, pada bagian akhir dibubuhi ditandatangani orang tua/wali
4. Waktu pengiriman via WA sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan



Rabu, 20 Mei 2020

RAMADHAN MENGUATKAN IMAN DAN IMUN


Image may contain: Supriadi, outdoor

Ada dua persimpangan dalam kehidupan manusia yaitu hawa nafsu yang senantiasa menggoda dan keimanan yang mantap kepada Allah Swt. Untuk memilih dua jalan ini manusia dibekali dengan akal untuk menilai mana yang baik diantara keduanya. Bagi manusia yang memilih beriman kepada Allah, merekalah orang yang mendapat keberuntungan. Namun sebaliknya, mereka yang memilih jalan menurut hawa nafsu, maka akibatnya amat buruk dengan balasan azab yang telah disediakan oleh Allah Swt.
Kedatangan bulan Ramadan, seharusnya mampu menjadikan manusia berupaya semaksimal mungkin merebut kesempatan untuk mendapatkan ganjaran pahala sebanyak-banyaknya, meski tidak mudah karena senantiasa berhadapan dengan rintangan dan halangan. Namun itulah makna jihad yang sesungguhnya, jihad melawan hawa nafsu yang sentiasa mendorong manusia melakukan kejahatan dan perkara-perkara yang keji. Jika berhasil, maka berbahagialah mereka. Namun jika gagal, maka tentu akan termasuk orang yang tidak saja rugi di dunia, namun juga rugi di akhirat.  Na’udzubillah min dzalik...
Bulan Ramadan bisa diibaratkan sebagai medan latihan atau sebagai sekolah yang mendidik jiwa manusia dan berupaya membangun potensi manusia terutama pada tiga kekuatan yang ada pada diri manusia yaitu:
Pertama, Ramadan memberi kekuatan kepada akal yang dapat diasah melalui pembacaan Al-Quran. Tadarus ini dapat gunakan pula untuk menambah nilai kemanusiaan dalam mengisi pembangunan secara menyeluruh.  Kedua, Ramadan memberi kekuatan kepada jiwa yang bisa dibangun dengan memperbanyak amalan-amalan sunat dan melakukan aktifitas yang baik dalam masyarakat serta menahan diri dari kehendak hawa nafsu dan godaan syaitan dalam kehidupan. Ketiga,  Ramadan memberi kekuatan kepada fisik. Secara saintis, ibadah puasa telah dibuktikan mampu membantu meningkatkan kesehatan manusia secara fisik. Para pakar kesehatan menyatakan bahwa puasa mampu menjadi cara yang paling efektif untuk mengobati berbagai penyakit. Hal ini sesuai dengan kondisi saat ini yang sedang dilanda pandemi Covid 19. Artinya, puasa mampu membentengi diri secara fisik. Kehati-hatian dalam mengonsumsi makanan ketika bulan Ramadhan juga menjadi bagian penting dalam meningkatkan imunitas tubuh. Ramadhan mampu melatih  dalam memfilter masuknya zat-zat yang bisa merusak tubuh.
Pada akhirnya, berdasarkan tiga kekuatan tersebut, yaitu keteguhan iman, ketangkasan mental dan kekuatan fisik diharapkan akan dapat membentuk jati diri muslim yang kokoh imannya dan kuat imunitasnya. Dari sini seorang muslim akan mampu melaksanakan berbagai kebaikan terhadap dirinya, keluarganya, masyarakat dan negara. Wallahu a’lam…

MENJARING MALAM KEMULIAAN


Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar. (Q.S. al-Qadr/97:1-5)

Image may contain: Supriadi
Perjalanan waktu membawa umat Islam memasuki paruh terakhir bulan Ramadhan. Ibarat sebuah pendakian, inilah saatnya sang pendaki mulai menuruni gunung. Jika tidak berhati-hati, maka ia akan tergelincir bahkan cedera hingga terguling sampai ke bawah gunung. Inilah saatnya orang beriman yang berpuasa diberikan berkah yang luar biasa dengan pahala berlimpah. Ini semakin memacu mereka untuk bersungguh-sungguh dalam meraih keutamaan Ramadhan. Begitulah motivasi yang Allah berikan. Tidak tanggung-tanggung, ibadahnya lebih baik dari 1000 bulan atau sekitar 84 tahun.
Namun, Allah merahasiakan kapan tepatnya malam kemuliaan itu dan siapa yang mendapatkannya. Setidaknya bagi orang beriman yang berpuasa, masih ada tanda-tanda yang bisa dijadikan patokan dalam menggapai malam kemuliaan. Man jadda wajada..begitulah kata pepatah. Siapa yang bersungguh-sungguh maka akan mendapatkannya. Tentu mustahil bagi mereka yang duduk manis berpangku tangan dengan penuh santai  dan berleha-leha. Ibaratnya, hanya nelayan yang memahami kondisi lautan yang bakal mampu menjaring ikan yang banyak.

Seorang nelayan yang faham kapan saatnya musim ikan, mengerti arus ombak dan tahu kapan waktunya menebar jaring, tentu akan mendapatkan hasil tangkapan yang luar biasa. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menjaring ikan yang banyak. Demikianlah orang beriman yang faham dan mengerti waktunya untuk menggapai malam kemuliaan, tentu akan memanfaatkan momen-momen sesuai petunjuk wahyu guna mendapatkan malam yang lebih baik dari 1000 bulan tersebut.

Mudah-mudahan dalam masa-masa pandemi Covid-19 ini, meski segalanya dilakukan dari rumah saja, orang beriman yang berpuasa akan mendapatkan keberkahan dan keutamaan dalam beribadah. Hari-hari diparuh terakhir Ramadhan akan terasa semakin bermakna dan terus termotivasi dalam menjaring malam kemuliaan. Aamiin… 
(Tulisan ini sudah pernah dimuat di https://manado.tribunnews.com/2020/05/19/renungan-ramadan-27-menjaring-malam-kemuliaan)


Senin, 18 Mei 2020

KEGEMBIRAAN ORANG YANG BERPUASA




Bagi orang yang melaksanakan puasa ada dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabbnya.(muttafaq ‘alaihi)

Setiap orang menginginkan kegembiraan, kesenangan atau kebahagiaan. Tidak peduli latar belakangnya, inilah kudratnya manusia yang hidup. Tak satupun yang ingin menjalani kehidupan ini dengan kesusahan, kesedihan dan kesengsaraan. Berbahagialah umat Islam karena Allah swt memberikan sebuah moment berharga baginya untuk mendapatkan kegembiraan dan kebahagiaan meski secara lahiriah tampak menyusahkan. Kedatangan bulan Ramadhan dengan ibadah puasa di dalamnya, sesuai hadis qudsi di atas pastinya memberikan dua kebahagiaan bagi umat Islam yang beriman dan melaksanakan kewajiban puasa di bulan tersebut.


Pertama, kebahagiaan ketika berbuka puasa. Secara fisik, orang yang berpuasa tentu merasa lapar dan haus. Waktu terasa berjalan begitu lama. Tak sabar ingin segera berbuka dan membasahi tenggorokannya meski dengan seteguk air. Semua keinginan itu tertahan dengan keimanan dalam menjalankan puasa. Inilah salah satu sebab diganjarnya orang berpuasa dengan pahala berlipat ganda yang tak terhingga. Banyaknya godaan, tak menggoyahkan prinsip ibadah yang dijalaninya. Jika ia mampu melaluinya, maka betapa nikmatnya ketika seteguk air meredakan rasa hausnya sepanjang hari. Inilah awal kebahagiaan bagi orang yang berpuasa. Takkan bisa digambarkan dengan kata-kata atau bahkan dinilai dengan materi. Ibarat seorang musafir di tengah padang pasir, maka ia tidak lagi membutuhkan harta berlimpah, namun cukuplah baginya seteguk air yang mampu memuaskan dahaganya. Maka nilmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan.

Makna “berbuka puasa” ini oleh para ahli tafsir kemudian dikembangkan lebih luas hingga pada wilayah idul fitri. Sejatinya tidak ada umat Islam yang bersedih pada saat Idul Fitri karena inilah hari raya, saat semua orang merasa gembira apalagi yang berpuasa sebulan penuh. Semuanya harus berbuka dan tidak boleh ada yang berpuasa pada hari ini.

Kedua, kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabbnya. Inilah kenikmatan tertinggi yang diperoleh orang yang berpuasa dengan sungguh-sungguh di akhirat kelak. Karena kesungguhannya ia akan mendapatkan maghfirah dari Allah, diampuni dosa-dosanya yang lampau. Orang yang bersih dari segala dosa dan kesalahan, tentu merasakan kebahagiaan luar biasa. Allah siapkan tempat khusus bagi mereka, orang-orang yang berpuasa dan mereka diperkenankan untuk bertemu dengan Rabbnya. Rasanya tiada lagi kebahagiaan yang bisa terungkapkan ketika seseorang berjumpa dengan kekasih yang sangat dirindukannya. Orang yang betul-betul serius dengan puasanya, mereka tidak lagi menginginkan kebahagiaan yang lain di dunia ini selain kesempatan untuk bertemu dengan Tuhannya.

Kebahagiaan fisik berupa hilangnya dahaga ketika berbuka, belum seberapa nikmatnya dibandingkan dengan orang beriman yang berpuasa dan bisa menemui kekasihnya Allah Jaljalalah. Semoga kita mampu mendapatkan dua kebahagiaan ini dan tidak menjadi orang-orang yang lalai dalam menggapai ampunan Allah. Aamiin… 
(Tulisan ini sudah pernah dimuat di https://manado.tribunnews.com/2020/05/08/kegembiraan-orang-yang-berpuasa)

AMAZING RAMADHAN



“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”
(Q.S. al-Baqarah/2: 183)
Nuansa Ramadhan akan selalu berbeda bagi setiap orang Islam yang menjalankannya. Meski Ramadhan datang setiap tahun, namun tetap saja akan ada “rasa” lebih dan kurang setiap tahunnya. Karenanya orang beriman yang bijak akan selalu berusaha melakukan semaksimal mungkin setiap bentuk ibadah Ramadhan sebab Ramadhan hanya datang setahun sekali dan tidak pernah ada jaminan untuk bisa menemuinya di tahun depan.  
Bentuk ibadah yang beragam baik wajib maupun sunnah adalah bagian dari fasilitas Ramadhan yang disiapkan Allah swt. Salah satunya adalah puasa. Ibadah pokok di bulan Ramadhan ini hanya mampu dilakukan secara maksimal oleh orang yang beriman. Bisa dibilang, inilah salah satu faktor yang membedakan nuansa bulan Ramadhan. Bahkan sepanjang perjalanan bulan Ramadhan setiap tahunnya, kondisi setiap orang yang beriman berbeda dalam menjalankan ibadah puasa. Tentu saja karena fluktuatifnya iman yang kadangkala naik dan tidak jarang pula turun. Tidak mengherankan jika Imam al-Ghazali membagi puasa itu dalam tiga bagian yang meliputi puasa umum, khusus, dan khususil khusus. Semakin tinggi dan kuat iman orang yang berpuasa, akan semakin nyaman pula “rasa” puasa yang dijalankan. Sebaliknya, lemahnya iman orang yang berpuasa akan menjadikan dirinya merasa berat dalam menjalani hari-harinya di bulan Ramadhan.

Adanya rahasia pahala yang tidak terungkap secara nominal, sesungguhnya menjadi sebuah pemicu bagi orang yang beriman untuk semakin serius memaksimalkan ibadah Ramadhannya. Semua pahala dan kebaikan serba dilipatgandakan secara unpredictable. Tak bisa dihitung secara matematis karena puasa itu untuk Allah dan Allah sendiri yang akan membalasnya. Soal besarannya, lagi-lagi menjadi rahasia sepanjang umur manusia. Misalnya kegembiraan yang dialami orang berpuasa ketika waktunya berbuka. Sulit diungkap dengan kata apalagi angka, karena merupakan anugerah Allah khusus bagi mereka yang berpuasa. Satu lagi kegembiraan yang dianugerahkan Allah bagi yang berpuasa yaitu kelak ketika bertemu Tuhannnya.
Nuansa Ramadhan tahun ini, tidak saja berbeda secara individual, namun juga secara sosial. Pandemi ini mengharuskan orang beriman yang berpuasa untuk terus memaknai setiap ibadah Ramadhan dengan sangat bijak dan hati-hati agar tidak jatuh dalam berbagai prasangka, fitnah dan hal buruk yang memperkeruh nuansa Ramadhan. Biasanya ada kegiatan buka bersama, tarwih keliling, atau bahkan sahur on the road, kini semuanya harus dilakukan di rumah saja bersama keluarga inti demi kebaikan bersama. Apapun dan bagaimanapun ibadah yang dilakukan orang beriman, Ramadhan ini tetap amazing! (Tulisan ini telah dimuat di Harian Tribun Manado tanggal 4 Mei 2020)