“Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”
(Q.S. al-Baqarah/2: 183)
Nuansa Ramadhan akan selalu berbeda bagi setiap orang
Islam yang menjalankannya. Meski Ramadhan datang setiap tahun, namun tetap saja
akan ada “rasa” lebih dan kurang setiap tahunnya. Karenanya orang beriman yang
bijak akan selalu berusaha melakukan semaksimal mungkin setiap bentuk ibadah
Ramadhan sebab Ramadhan hanya datang setahun sekali dan tidak pernah ada
jaminan untuk bisa menemuinya di tahun depan.
Bentuk ibadah yang beragam baik wajib maupun sunnah
adalah bagian dari fasilitas Ramadhan yang disiapkan Allah swt. Salah satunya adalah
puasa. Ibadah pokok di bulan Ramadhan ini hanya mampu dilakukan secara maksimal
oleh orang yang beriman. Bisa dibilang, inilah salah satu faktor yang
membedakan nuansa bulan Ramadhan. Bahkan sepanjang perjalanan bulan Ramadhan setiap
tahunnya, kondisi setiap orang yang beriman berbeda dalam menjalankan ibadah
puasa. Tentu saja karena fluktuatifnya iman yang kadangkala naik dan tidak
jarang pula turun. Tidak mengherankan jika Imam al-Ghazali membagi puasa itu
dalam tiga bagian yang meliputi puasa umum, khusus, dan khususil khusus.
Semakin tinggi dan kuat iman orang yang berpuasa, akan semakin nyaman pula
“rasa” puasa yang dijalankan. Sebaliknya, lemahnya iman orang yang berpuasa
akan menjadikan dirinya merasa berat dalam menjalani hari-harinya di bulan
Ramadhan.
Adanya rahasia pahala yang tidak terungkap secara
nominal, sesungguhnya menjadi sebuah pemicu bagi orang yang beriman untuk
semakin serius memaksimalkan ibadah Ramadhannya. Semua pahala dan kebaikan
serba dilipatgandakan secara unpredictable.
Tak bisa dihitung secara matematis karena puasa itu untuk Allah dan Allah
sendiri yang akan membalasnya. Soal besarannya, lagi-lagi menjadi rahasia
sepanjang umur manusia. Misalnya kegembiraan yang dialami orang berpuasa ketika
waktunya berbuka. Sulit diungkap dengan kata apalagi angka, karena merupakan
anugerah Allah khusus bagi mereka yang berpuasa. Satu lagi kegembiraan yang
dianugerahkan Allah bagi yang berpuasa yaitu kelak ketika bertemu Tuhannnya.
Nuansa Ramadhan tahun
ini, tidak saja berbeda secara individual, namun juga secara sosial. Pandemi
ini mengharuskan orang beriman yang berpuasa untuk terus memaknai setiap ibadah
Ramadhan dengan sangat bijak dan hati-hati agar tidak jatuh dalam berbagai
prasangka, fitnah dan hal buruk yang memperkeruh nuansa Ramadhan. Biasanya ada
kegiatan buka bersama, tarwih keliling, atau bahkan sahur on the road, kini
semuanya harus dilakukan di rumah saja bersama keluarga inti demi kebaikan
bersama. Apapun dan bagaimanapun ibadah yang dilakukan orang beriman, Ramadhan
ini tetap amazing! (Tulisan ini telah dimuat di Harian Tribun Manado tanggal 4 Mei 2020)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar