Rabu, 16 Oktober 2013

I LIKE HISTORY

IPPY-RIWAYATMOE DOELOE

Hmm...kadang aku tidak pernah berpikir bahwa betapa bahagianya aku dimasa kecil. Mungkin karena aku tak pernah menyimpan memori masa-masa itu. Tapi aku yakin bahwa malaikat pasti punya dokumentasi yang lengkap tentang masa kecilku... Ia selalu merecord semua aktifitas sejak dilahirkan ke muka bumi  ini sampai pada akhirnya menutup mata pada tarikan nafas terakhir. Setidaknya aku bisa menemukan dalam album keluarga saat aku kecil bersama ibu (saat usia 2 bulan) dan tanteku (usia 6 bulan)...
Foto ini berlokasi di sekitar komplek RS.Pancaran Kasih, Titiwungen, Manado

Betapa sesungguhnya kita tidak mampu untuk membalas segala kebaikan yang telah ibu dan ayah berikan. Tidak mengherankan ketika Nabi Muhammad saw memberikan keteladanan kepada umat manusia agar mencintai dan memberikan pengabdian kepada ibu tiga kali lebih banyak daripada ayah.

Foto bersama tanteku yang biasa kupanggil denga "Ma Inam" di Kleak Manado

Kenangan indah bersama keluarga (kakak dan adik-adikku) sesungguhnya juga melengkapi kebahagiaan masa kecilku

Foto bersama kakak (alm. Haryadi) juga bareng ayah, ibu dan adikku Dewi

Masa-masa itu takkan pernah kembali. Masa lalu adalah pelajaran berharga untuk mengisi masa sekarang dan merengkuh masa depan yang gemilang :)

Minggu, 14 Juli 2013

BATAL PUASA


Ingin membatalkan puasa? Sebaiknya niat itu dibuang jauh-jauh dan jangan sampai terlintas dalam pikiran kita. Aktifitas sehari-hari sebagai remaja yang enerjik dan gaul memang membutuhkan tenaga ekstra. Namun dalam kondisi berpuasa, sebaiknya kondisi seperti ini perlu diperhatikan. Islam tidak melarang kita untuk beraktifitas, apalagi bulan Ramadhan. Remaja muslim yang gaul tidak boleh terlihat lemas, lelah, letih, lunglai, loyo dan tak berdaya pada saat puasa tapi harus tetap semangat dan beraktifitas meskipun puasa. Sebagai remaja yang religius dan memahami ajaran agama dengan baik,  perlu membekali diri dengan iman yang kokoh agar tidak mudah membatalkan puasanya. Padahal tanpa ada uzur syar’i, tidak boleh dengan seenaknya saja atau secara sengaja membatalkan puasa.
Pada hakekatnya Puasa Ramadhan melatih dan mengajari naluri (instink) manusia yang cenderung tak terkontrol. Naluri yang sulit terkontrol dan terkendali itu adalah naluri perut yang selalu menuntut untuk makan dan minum dan naluri seks yang selalu bergelora sehingga manusia kewalahan untuk mengekang dua naluri ini. Inilah godaan berat bagi aktifis. Kecapekan, terkurasnya energi, haus dan lapar akan meciptakan suasana kondusif dalam membatalkan puasa. Belum lagi suasana emosional yang ikut berpartisipasi dalam hal ini. Seharusnya, puasa yang secara etimologi berarti menahan, mampu menjadi benteng yang kokoh bagi orang yang berpuasa agar tidak terjebak dalam berbagai kondisi untuk membatalkan puasanya.  
Al-Qur’an memberikan penegasan bahwa seseorang tidak mampu menahan dirinya (dari hal yang membatalkan puasanya), maka puasanya dianggap batal dan harus diganti pada hari yang lain. Jika orang tersebut tidak mampu lagi menggantinya disebabkan ada halangan tetap, maka boleh membayar fidyah atau memberi makan orang yang kurang mampu sejumlah hari yang ditinggalkannya itu.
Hukum orang yang meninggalkan puasa Ramadhan, seperti hukum orang yang meninggalkan salat. Jika dia meninggalkan karena mengingkari hukumnya yang wajib, maka dia dihukumkan kafir. Demikian pula dengan rukun Islam yang lain (zakat, haji, dan sebagainya). Dalam sebuah riwayat dari Abu Umamah Al-Bahili r.a., ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Ketika aku tidur, datanglah dua orang pria kemudian memegang dhabaya (dua lenganku), membawaku ke satu gunung yang kasar (tidak rata), keduanya berkata, “Naik”. Aku katakan, “Aku tidak mampu”. Keduanya berkata, ‘Kami akan memudahkanmu’. Akupun naik hingga sampai ke puncak gunung, ketika itulah aku mendengar suara yang keras. Akupun bertanya, ‘Suara apakah ini?’. Mereka berkata, ‘Ini adalah teriakan penghuni neraka’. Kemudian keduanya membawaku, ketika itu aku melihat orang-orang yang digantung dengan kaki di atas, mulut mereka rusak/robek, darah mengalir dari mulut mereka. Aku bertanya, ‘Siapa mereka?’ Keduanya menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang berbuka sebelum halal puasa mereka (Sebelum tiba waktu berbuka puasa).” (H.R An-Nasa'i,  Ibnu Hibban dan Al-Hakim).
Hadis tersebut dengan jelas menggambarkan ganjaran yang akan diterima kelak bagi mereka yang membatalkan puasa. Memang ada beberapa hal yang tidak sampai pada tahap batalnya puasa secara fisik tapi mampu mengurangi nilai puasa itu sehingga orang yang berpuasa tidak mendapatkan manfaat dari puasa itu selain lapar dan dahaga saja. Misalnya emosional, marah-marah, menggunjing, fitnah, hasad, iri, dengki dan penyakit hati lainnya.
Persoalannya akan menjadi lain ketika makan atau minum itu dilakukan dengan tidak sengaja atau lupa. Tentu saja hal itu tidak membatalkan dan puasanya masih bisa dilanjutkan sampai waktunya berbuka. Hal ini dikuatkan dengan sebuah riwayat dari Abu Hurairah ra.: bahwa sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda: Barangsiapa yang terlupa, sedang dia dalam keadaan berpuasa, kemudian ia makan atau minum, maka hendaklah ia sempurnakan puasanya. Hal itu karena sesungguhnya Allah hendak memberinya karunia makan dan minum " (H.R. Al-Jama'ah kecuali An-Nasai). Dalam hadis yang lain, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak menghukum ummatku karena tersalah, lupa atau dipaksa atasnya” (H.R. al-Hakim, ibn Hazm dan Daruquthni)
Jadi kawula muda, beraktifitas boleh, namun jangan sampai melalaikan apalagi membatalkan puasa yang sedang kita jalani karena konsekuensinya berat. Pandai-pandailah untuk mengatur agenda kegiatan agar tidak mengganggu ibadah puasa kita. Wallahu a’lam.:) (Manado Post, Juli 2013)

GAGAL SAHUR KARENA KASUR


Ramadhan tiba. Bisa dipastikan kalau Ramadhan itu identik dengan puasa karena sebulan penuh selama Ramadhan, umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa. Orang yang akan berpuasa tidak bisa lepas dari tuntunan Nabi Muhammad saw. diantaranya berkaitan dengan sahur. Sahur artinya makan di penghujung malam untuk persiapan puasa. Waktunya mulai tengah malam sampai dengan sebelum subuh.
Pada dasarnya sahur memiliki banyak keutamaan dan para ulama telah sepakat tentang hal ini. Dalam sebuah riwayat, dari Anas r.a. berkata: Rasulullah saw.bersabda: “Bersahurlah kamu karena dalam sahur itu terdapat barakah” (H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi Nasai dan ibn Majah).
Perintah sahur sangat ditekankan anjurannya. Rasulullah bersabda "Barangsiapa yang mau berpuasa hendaklah sahur dengan sesuatu." (H.R. Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, Abu Ya'la, al-Bazzar). Dalam riwayat lain Rasulullah bersabda: “Bersahurlah meskipun hanya meminum seteguk air”(H.R. Ibn Hibban)
Hal tersebut tentu mengandung hikmah yang mendalam bagi mereka yang mau mengambil pelajaran dari syariat sahur. Setidaknya, sahur adalah syiarnya puasa seorang muslim. Di berbagai tempat pada saat Ramadhan, orang ramai saling membangunkan untuk sahur dengan berbagai macam cara. Patroli aneka musik sahur sebagai budaya di Indonesia adalah salah satu cara mengingatkan umat Islam agar makan sahur dan meraih keberkahannya. Sahur juga dapat menjadi pembeda antara puasanya umat Islam dengan puasanya ahlul kitab sehingga orang yang akan berpuasa sebaiknya tidak meninggalkan sahur. Disamping itu, secara fisik, sahur akan sangat bermanfaat untuk memberikan semangat dan kekuatan bagi orang yang akan berpuasa. Sahur akan meringankan beban berat orang yang berpuasa meskipun tanpa sahur ada juga orang yang tetap mampu menyelesaikan puasanya. Jadi sebaiknya jangan meninggalkan sahur apalagi hanya karena tidur. Lain halnya kalau seseorang ketiduran dan tidak sempat makan sahur. Hal ini masih bisa dimaklumi, karena tidak dilakukan secara sengaja. Puasanya masih bisa diteruskan sampai waktu berbuka tiba.
Ada tiga hal yang tidak dicatat sebagai suatu kesalahan, yaitu anak kecil sampai ia baligh, orang tidur sampai ia bangun, dan orang gila sampai ia sadar. Jika sempat terbangun dan masih ada waktu, maka sebaiknya makan sahur meskipun hanya dengan sebutir kurma atau seteguk air sebagaimana anjuran Nabi Muhammad saw.

Rasulullah menganjurkan agar melambatkan sahur hingga menjelang terbit fajar. Artinya, kesempatan bersahur itu sangat terbuka sampai batas maksimal. Jadi, jangan sampai tidak sahur hanya karena tidur.(Wallahu a’lam) (Manado Post, Rabu 12 Juli 2013)

Kamis, 06 Juni 2013

ISRA’ MI’RAJ


ISRA’ MI’RAJ: NATION CHARACTER BUILDING


Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. al-Isra’/17:1)
Perjalanan Nabi Muhammad Saw. dari Makkah ke Bayt al-Maqdis, kemudian naik ke Sidrat al-Muntaha, bahkan melampuinya, serta kembalinya ke Makkah dalam waktu yang sangat singkat, merupakan tantangan terbesar sesudah Al-Qur'an disodorkan oleh Tuhan kepada umat manusia. Peristiwa ini membuktikan bahwa ‘Ilm dan Qudrat Tuhan meliputi dan menjangkau segalanya tanpa terbatas ruang dan waktu.
Terlepas dari pro dan kontra kejadian luar biasa tersebut karena tidak sesuai dengan hukum-hukum alam, bahkan tidak dapat dibuktikan oleh patokan-patokan logika, sebagai insan beriman pandekatan yang paling tepat dan sederhana (tidak memerlukan teori-teori kajian ilmiah yang empiris dan rasional) untuk dapat memahaminya adalah cukup dengan pendekatan “Imaniy” sebagaimana yang ditempuh oleh sahabat nabi Abu Bakar al-Shiddiq, dalam ucapannya: ”Apabila Muhammad yang memberitakannya, pastilah benar adanya”. Jika keilmiahan yang dituntut, maka al-Qur'anlah yang harus menjadi  referensi utama, melalui pengamatan terhadap sistematika dan uraian Al-Qur'an tentang peristiwa Isra’ Mi’raj.
Secara sederhana, dapat disistematikakan bahwa para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu apapun menyatakan bahwa segala sesuatu pasti memiliki pendahuluan yang mengantar atau menyebabkannya. Sebagai pakar al-Qur'an, Imam al-Suyuthi berpendapat bahwa pengantar satu uraian dalam al-Qur'an adalah uraian yang terdapat dalam surat sebelumnya. Sedangkan inti uraian satu surat difahami dari nama surat tersebut. Dengan demikian, maka pengantar uraian peristiwa Isra’ Mi’raj adalah surat yang dinamai Tuhan dengan sebutan al-Nahl, yang berarti “lebah”.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah mengapa surat Al-Isra’ didahului oleh al-Nahl, mengapa lebah yang mengantarkannya? lebah dipilih oleh Tuhan untuk menggambarkan keajaiban ciptaan-Nya, agar menjadi pengantar keajaiban pembuat-Nya dalam peristiwa Isra’ Mi’raj. Lebah juga dipilih untuk menjadi pengantar bagi bagian yang menjelaskan manusia seutuhnya, yaitu “Manusia Mukmin” yang menurut Nabi Muhammad Saw. adalah bagaikan lebah, tidak makan kecuali yang baik dan indah (kembang) dan tidak menghasilkan sesuatu kecuali yang baik dan berguna (madu).
Dari segi lain, dalam surat Al-Isra’ dan an-Nahl (Q.S. An-Nahl Ayat: 8, 74, dan Q.S. Al-Isra' : 85) berulang kali ditegaskan tentang keterbatasan pengetahuan manusia serta sikap yang harus diambilnya menyangkut keterbatasan tersebut, diantaranya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung jawabannya. Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan tidak akan sampai setinggi gunung”. (QS. Al-Isra’ : 36-37)
Pertanyaan yang lebih penting lagi adalah mengapa peristiwa Isra’ Mi’raj mesti terjadi dalam sejarah perjalanan Nabi? Jawabnya adalah al-Qur'an menekankan betapa pentingnya pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat beserta konsolidasinya. Klimaksnya tergambar pada pribadi hamba Allah yang di Isra’ Mi’rajkan ini, yaitu Nabi Muhammad Saw, serta nilai-nilai yang diterapkannya dalam masyarakat beliau. Begitu banyak petunjuk yang ditemukan dalam surat al-Isra’ untuk membina diri dan membangun masyarakat dan bangsa ini (Nation Character Building), diantaranya:
Pertama, ditemukan petunjuk untuk melakukan salat lima waktu, dan juga salat sunnah malam. (Q.S. al-Isra’/17 : 78 dan 79). “Salat” ini pulalah yang merupakan inti dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj yang pada hakekatnya merupakan kebutuhan mutlak untuk mewujudkan manusia seutuhnya, kebutuhan akal pikiran dan jiwa manusia untuk mengejawantahkan diri ketika berhubungan dengan Khaliqnya, Allah Swt. Salat juga dibutuhkan oleh manusia, karena salat dalam pengertiannya yang luas, merupakan dasar-dasar pembangunan, terutama pembangunan diri dan kepribadian. Sehingga merupakan tanda bagi kebejatan akhlak dan kerendahan moral, apabila seseorang datang menghadapkan dirinya kepada Tuhan hanya pada saat ia didesak oleh kebutuhannya.
Kedua, petunjuk-petunjuk lain yang ditemukan dalam rangkaian ayat-ayat yang menjelaskan peristiwa Isra’ dan Mi’raj, adalah membangun manusia seutuhnya menuju masyarakat adil dan makmur. (Q.S. al-Isra/17: 16).
Ketiga, Petunjuk hidup untuk bersikap “adil” dalam kesederhanaan dan larangan berfaham individualisme, materialisme, konsumerisme, dan membangun budaya “hedonisme” kembali mendapatkan penekanan dalam beberapa ayat berikutnya. (Q.S. Al-Isra/17: 26-27)
Ketiga, Mengambil jalan tengah dalam setiap sikap hidup dan kehidupan, merupakan cermin kehendak Tuhan yang menekankan betapa pentingnya “Persatuan masyarakat seluruhnya”. Dengan demikian, masing-masing orang dapat melaksanakan tugas hidup sebaik-baiknya, sesuai dengan bidang dan kemampuan dan bidangnya, tanpa mempersoalkan agama, keyakinan, dan keimanan orang lain. Semoga kita mampu menangkap gejala dan menyuarakan keyakinan tentang adanya Ruh Intelektualitas yang Maha Agung, Tuhan yang Maha Esa di alam semesta ini, serta mampu merumuskan kebutuhan umat manusia untuk memuja-Nya, sekaligus mengabdi kepada–Nya.(Manado Post, Mei 2013)



Minggu, 24 Maret 2013

MATERI PAI



Al-Qur’an:
Q.S. Adz-Dzariyat ayat 56 ttg keikhlasan beribadah
Q.S. Ali Imran: 159
Terjemahnya:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Kandungan ayat:
1.      Perintah bersikap lemah lembut terhadap siapa saja dan dimana saja
2.      Larangan bersikap kasar dan keras terhadap sesama.
3.      Perintah agar bermusyawarah dalam menghadapi suatu permasalahan
4.      Perintah bertawakkal kepada Allah sesudah berusaha
5.      Kecintaan Allah kepada orang-orang yang bertawakkal
Q.S. Al-Baqarah ayat 148, Perintah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan
Q.S. Ar-Ruum ayat 41 tentang kelestarian alam
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Pokok Kandungan:
-          Pada mulanya daratan dan lautan itu subur dan baik
-          Rusaknya daratan dan lautan itu karena ulahnya manusia
-          Jika daratan dan lautan itu rusak maka manusia akan merasakan akibatnya
-          Hendaknya manusia menghentikan segala kegiatan yang menimbulkan kerusakan di darat dan di lautan
Terciptanya daratan dan lautan itu membuktikan adanya Allah swt. dan keagunganNya, namun banyak orang yang mempersekutukannya.
Q.S. Yunus ayat 101 tentang tanda-tanda kekuasaan Allah swt. di alam semesta
Qur’an Surah al-Kafirun terdiri atas enam ayat yang memberikan pemahaman tentang aturan bertoleransi. Adapun Q.S. al-Jumu’ah ayat 9 dan 10 berisi pokok-pokok pengertian tentang memenuhi seruan untuk salat Jumat dan meninggalkan segala aktivitas. Jika telah mengerjakan salat Jumat, dianjurkan melakukan aktivitas mencari karunia Allah Swt.
Q.S. Al-Baqarah ayat 164 bahwa pergantian siang dan malam, bahtera yang berlayar harus mampu dimanfaatkan manusia untuk kepentingan hidupnya
Aqidah:
-Allah memiliki sifat al-Adlu: Maha Adil = menempatkan sesuatu pada tempatnya, al-Gafur: Maha Pengampun

Hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah swt. adalah....
1.      mampu mensyukuri segala karunia Allah swt.
2.      menghilangkan keluh kesah dan gelisah
3.      memperoleh ketenangan hati dan jiwa
4.      mendapat syafa’at di Hari Akhir
5.      meyakini dengan sepenuhnya terhadap  kebenaran Al-Qur’an
6.      menghormati dan memuliakan kitab suci Al-Qur’an
7.      memahami isi  dan menjalankan ajaran-ajaran Al-Qur’an
8.      Senantiasa berusaha dan  beribadah sesuai petunjuk kitab Allah swt.
Husnu zhan adalah berprasangka baik. Lawannya suu zhan atau negative thinking

Fiqih:
Al-Qur’an: Kumpulan firman Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
Al-Hadis: Segala sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad saw. baik perkataan, perbuatan, ketetapan dan cita-citanya
Ijtihad: Berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menemukan hukum yang tidak ada ketetapan hukumnya baik dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis.
Ijma’: Kesepakatan para ulama untuk menetapkan suatu hukum berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadis yang pada masa Nabi Muhammad saw. tidak ada.
Qiyas: Menyamakan suatu kejadian yang tidak ada hukumnya dengan kejadian yang ada hukumnya karena ada illat yang sama.
Syarat haji: Islam, baligh, berakal, mampu (fisik, ekonomi, aman)
Rukun haji: Berihram, Wuquf di Arafah, Tawaf Ifadhah, Sai antara Safa dan Marwa,Tertib  
syirkah adalah transaksi antara dua orang atau lebih, dimana mereka saling bersepakat untuk melakukan kerja yang bersifat finansial dan mendatang keuntungan (profit).
Syirkah Inan. Ini adalah bentuk kerjasama bisnis yang dilakukan dua orang atau lebih, dimana masing-masing menyertakan harta (modal) dan sekaligus juga menjadi pengelolanya (tenaga), kemudian keuntungannya dibagi diantara mereka berdasarkan kesepakatan. Jika mengalami kerugian, maka kerugiannya akan ditanggung bersama berdasarkan proporsional modalnya.
Dalam syirkah inan, harta yang dijadikan modal haruslah riil, bukan hutang dan nilainya harus jelas. Jika berbentuk barang, maka harus dikonversi sesuai harga yang disepakati sehinggan memiliki nilai yang jelas yang bisa disatukan dengan harta dari pemodal lainnya.
Syirkah Mudharabah atau Syirkah Qiradh. Secara muamalah, syirkah mudharabah mengharuskan ada dua pihak, yaitu pihak pemilik modal (rabbul maal) dan pihak pengelola (mudhorib). Pihak pemodal menyerahkan (mengamanahkan) modalnya dengan akad wakalah kepada seseorang sebagai pengelola untuk dikelola dan dikembangkan menjadi sebuah usaha yang menghasilkan keuntungan (profit).
Syirkah Wujuh. Adalah syirkah antara dua orang dengan modal dari pihak lain diluar kedua orang tersebut. Dimana dua orang yang menerima modal itu disebut sebagai pengelola dan yang memberikan modal adalah pemodal.
Syirkah Abdan. Syirkah abdan merupakan kerjasama bisnis antara dua orang atau lebih yang mengandalkan tenaga atau keahlian orang-orang yang melakukan akaq syirkah. Misalnya syirkah tanpa modal yang saya lakukan bersama para Trainer lainnya yang tergabung dalam SLTEC. Ketika kami mendapat proyek training, semua akan berkerja sesuai keahlian masing-masing dan hasilnya (keuntungan) akan dibagi sesuai kesepakatan.
Keuntungan dari usaha akan dibagi sesuai dengan kesepakatan, dan manakala terjadi kerugian bukan karena kesalahan manajemen (kelalaian), maka kerugian ditanggung oleh pihak pemodal. Hal ini karena hukum akad wakalah menetapkan hukum orang yang menjadi wakil tidak bisa menanggung kerugian,

Warisan adalah peninggalan atau harta pusaka dari seseorang yang meninggal dunia. Ilmu faraid adalah ilmu yang membahas tentang tata cara membagi harta pusaka. Ketentuan mawaris dalam Islam ditandai dengan dua perbaikan yaitu:
-          Mengikutsertakan kaum wanita sebagai ahli waris seperti kaum pria
-          Membagi harta warisan kepada ahli waris
Hukum waris dalam Islam bersumber pada al-Qur’an dan hadis (Q.S. an-Nisa: 7 dan 11)
Jika seseorang meninggal, sebelum harta pusaka dibagi kepada ahli waris, terlebih dahulu supaya diselesaikan beberapa hal:
-          Biaya perawatan jika sakit
-          Biaya penyelenggaraan jenazah
-          Melunasi hutangnya
-          Melaksanakan wasiatnya
-          Menunaikan zakat dan nadzar.
Sebab-sebab mendapat warisan:
-          Pertalian darah dan perkariban
-          Pernikahan
-          Memerdekakan
-          Hubungan agama
Sebab-sebab tidak mendapat warisan:
-          Membunuh
-          Murtad
-          Kafir
-          Sebagai hamba sahaya
-          Mati bersamaan

Tarikh/Sejarah
Ketika berdakwah di Makkah, Rasulullah saw. hanya mendapatkan pengikut sedikit, karena masih banyak orang-orang Qurasy yang enggan mengikuti ajarannya meskipun apa yang dibawa oleh Rasulullah saw. itu benar, karena kesombongan dan keangkuhan orang-orang Qurasy. Substansi dakwah Rasulullah saw. pada periode Makkah adalah menanamkan nilai-nilai akidah dan tauhid. Adapun strategi dakwah Rasulallah periode Makkah, adalah Dakwah secara sembunyi-sembunyi dan dakwah secara terang-terangan. Keberhasilan Rasulullah saw. dalam berdakwah di Madinah tidak terlepas dari strategi yang dilakukan dalam berdakwah. Strategi yang digunakan Rasulullah saw. dalam berdakwah di Madinah antara lain mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan berkumpulnya umat Islam, menjalin hubungan persahabatan dengan non Islam melalui Piagam Madinah, melakukan pembaharuan pemahaman keagamaan agar sesuai perkembangan, mengukuhkan persaudaraan (Ukhuwah Islamiyah) kaum Muhajirin dan kaum Anshar.