Saat ini kita berada di penghujung tahun 2016. Seiring dengan perjalanan
waktu sebagai ketetapan dari Yang Maha Kuasa, sebentar lagi kita akan memasuki Tahun
2017 M. Terlepas dari pro kontra dan polemik yang terjadi dalam penggunaan
kalender Masehi dan Hijriyah, pada dasarnya kita senantiasa melihat bahwa
pergantian tahun adalah hal yang biasa terjadi. Namun sesungguhnya banyak
hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil dari pergantian tahun ini. Betapa
banyak ayat Allah dalam Al-Qur’an yang mengisyaratkan tentang waktu. Semuanya
berimplikasi pada anjuran pemanfaatan waktu dengan sebaik-baiknya, agar kita
tidak termasuk pada golongan orang yang merugi. Salah satunya adalah
sebagaimana firman Allah dalam surat Al-‘Asr : 1–3:
”Demi masa. Sesungguhnya
manusia itu benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al Asr : 1-3)
Ayat tersebut
memberikan empat syarat agar kita tidak tergolong orang-orang yang merugi. Pertama, beriman kepada Allah, Ke dua, beramal saleh, ke tiga, saling menasehati dalam
kebenaran dan ke empat, menasehati
dalam kesabaran. Keempat hal ini memiliki keterkaitan yang erat. Orang yang
beriman tanpa beramal saleh, imannya tidak bermakna karena tidak dibuktikan
dengan perbuatan. Demikian sebaliknya, orang yang beramal saleh tanpa iman
kepada Allah juga akan terasa hambar. Bahkan begtu banyak ayat Al Qur’an yang
meletakkan kata amal saleh setelah kata iman.
Sesungguhnya momen pergantian tahun memiliki banyak hal yang bisa dijadikan
pelajaran dan bahan renungan dalam kehidupan, terutama menyangkut keberislaman
kita. Seorang pembaharu abad XII Hijriah, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
memberikan konsep renungan kepada kita sebagai berikut:
Pertama; Seorang muslim harus merenung dan memahami
bahwa ia diciptakan, diberi rizki, dan tidak dibiarkan begitu saja seperti
hewan yang tanpa aturan. Itulah sebabnya Allah mengutus rasulNya ke tengah-tengah
manusia untuk membimbing mereka. Artinya, ia hidup dan ada di muka bumi karena
diciptakan Allah, ia diberi berbagai fasilllitas, rizki yang lengkap, mulai
dari kebutuhan oksigen untuk bernafas sampai rumah sebagai tempat berteduh dan
lain-lainnya hingga pada hal-hal yang di luar kesadarannya. Semua itu bukan
untuk kesia-siaan. Di dalam Al-Qur’an Allah menerangkan:
"Apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya
Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan
dikembalikan kepada kami? Maka Maha Tinggi Allah, raja yang sebenarnya; tidak
ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arsy yang mulia. (Al-Mukminuun:
115-116).
Aturan yang dikehendaki Allah dibawa oleh Rasulullah Muhammad Saw.,
untuk menata kehidupan manusia agar selamat di dunia dan di akhirat kelak.
Konsekwensinya, siapa yang taat kepada rasul-Nya, maka ia akan selamat dan
masuk Surga. Inilah sebuah kesuksesan masa depan yang gemilang, yang didambakan
oleh setiap insan yang berakal sehat dan berfikiran normal.
Rasulullah Saw. bersabda:
كُلُّ
أُمَّتِيْ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبَى، قَالُوْا: يَا َرُسْولَ
اللهِ وَمَنْ يَأْبَى: قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِيْ دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ
عَصَانِيْ فَقَدْ أَبَى. (رواه البخاري).
“Tiap-tiap ummatku masuk
Surga kecuali yang menolak. Ditanyakan kepada beliau: “Siapa yang menolak ya
Rasululllah?” Beliau menjawab: “Siapa yang taat kepadaku ia akan masuk Surga
dan siapa yang durhaka kepadaku maka ia telah menolak”. (HR. Al-Bukhari).
Kedua, Seorang muslim harus memahami bahwa Allah
tidak ridla, jika dalam peribadatan kepadaNya, Dia disekutukan dengan
selainNya. Sekalipun Malaikat yang dekat denganNya ataupun Nabi utusanNya,
sebagaimana firmanNya:
Dan sesungguhnya masjid-masjid adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah
kamu menyembah seseorangpun didalamnya disamping (menyembah ) Allah..” (Al-Jin:
18)
Ketiga, Jika sudah menjadi orang yang taat kepada
Allah dan Rasul Nya, maka konsekwensi berikutnya yang harus dipahami adalah
prinsip Wala’ dan Bara’. Artinya loyalitas hanya diberikan kepada Allah dan
RasulNya dan orang-orang yang beriman. Sebaliknya manusia tidak berkompromi
dengan segala bentuk penentangan dan pengingkaran terhadap aturan-aturan Allah.
Mengakhiri tulisan ini, mari kita garis bawahi bahwa umur adalah rahasia
Allah yang tiada seorangpun mengetahuinya. Bersyukurlah mereka yang mampu
memanfaatkannya dan merugilah bagi yang melewatkannya. Selaku hamba Allah, kita
hanya mampu bermohon dan berharap bahwa apa yang kita lakukan dalam mengisi
kehidupan ini senantiasa menjadi amal saleh dan bernilai ibadah di mata Allah
swt, Mudah-mudahan kita mampu untuk menjadi hamba Allah yang pandai mensyukuri
akan kasih sayang yang diberikan Allah swt. Amiin ya rabbal ’alamiin.