Kamis, 29 Desember 2016

MUHASABAH AKHIR TAHUN


Saat ini kita berada di penghujung tahun 2016. Seiring dengan perjalanan waktu sebagai ketetapan dari Yang Maha Kuasa, sebentar lagi kita akan memasuki Tahun 2017 M. Terlepas dari pro kontra dan polemik yang terjadi dalam penggunaan kalender Masehi dan Hijriyah, pada dasarnya kita senantiasa melihat bahwa pergantian tahun adalah hal yang biasa terjadi. Namun sesungguhnya banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil dari pergantian tahun ini. Betapa banyak ayat Allah dalam Al-Qur’an yang mengisyaratkan tentang waktu. Semuanya berimplikasi pada anjuran pemanfaatan waktu dengan sebaik-baiknya, agar kita tidak termasuk pada golongan orang yang merugi. Salah satunya adalah sebagaimana firman Allah dalam surat Al-‘Asr : 1–3:
”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al Asr : 1-3)

Ayat tersebut memberikan empat syarat agar kita tidak tergolong orang-orang yang merugi. Pertama, beriman kepada Allah, Ke dua, beramal saleh, ke tiga, saling menasehati dalam kebenaran dan ke empat, menasehati dalam kesabaran. Keempat hal ini memiliki keterkaitan yang erat. Orang yang beriman tanpa beramal saleh, imannya tidak bermakna karena tidak dibuktikan dengan perbuatan. Demikian sebaliknya, orang yang beramal saleh tanpa iman kepada Allah juga akan terasa hambar. Bahkan begtu banyak ayat Al Qur’an yang meletakkan kata amal saleh setelah kata iman.

Sesungguhnya momen pergantian tahun memiliki banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran dan bahan renungan dalam kehidupan, terutama menyangkut keberislaman kita. Seorang pembaharu abad XII Hijriah, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab memberikan konsep renungan kepada kita sebagai berikut:
Pertama; Seorang muslim harus merenung dan memahami bahwa ia diciptakan, diberi rizki, dan tidak dibiarkan begitu saja seperti hewan yang tanpa aturan. Itulah sebabnya Allah mengutus rasulNya ke tengah-tengah manusia untuk membimbing mereka. Artinya, ia hidup dan ada di muka bumi karena diciptakan Allah, ia diberi berbagai fasilllitas, rizki yang lengkap, mulai dari kebutuhan oksigen untuk bernafas sampai rumah sebagai tempat berteduh dan lain-lainnya hingga pada hal-hal yang di luar kesadarannya. Semua itu bukan untuk kesia-siaan. Di dalam Al-Qur’an Allah menerangkan:

"Apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami? Maka Maha Tinggi Allah, raja yang sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arsy yang mulia. (Al-Mukminuun: 115-116).

Aturan yang dikehendaki Allah dibawa oleh Rasulullah Muhammad Saw., untuk menata kehidupan manusia agar selamat di dunia dan di akhirat kelak. Konsekwensinya, siapa yang taat kepada rasul-Nya, maka ia akan selamat dan masuk Surga. Inilah sebuah kesuksesan masa depan yang gemilang, yang didambakan oleh setiap insan yang berakal sehat dan berfikiran normal.
Rasulullah Saw. bersabda:

كُلُّ أُمَّتِيْ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبَى، قَالُوْا: يَا َرُسْولَ اللهِ وَمَنْ يَأْبَى: قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِيْ دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِيْ فَقَدْ أَبَى. (رواه البخاري).
“Tiap-tiap ummatku masuk Surga kecuali yang menolak. Ditanyakan kepada beliau: “Siapa yang menolak ya Rasululllah?” Beliau menjawab: “Siapa yang taat kepadaku ia akan masuk Surga dan siapa yang durhaka kepadaku maka ia telah menolak”. (HR. Al-Bukhari).

Kedua, Seorang muslim harus memahami bahwa Allah tidak ridla, jika dalam peribadatan kepadaNya, Dia disekutukan dengan selainNya. Sekalipun Malaikat yang dekat denganNya ataupun Nabi utusanNya, sebagaimana firmanNya:

Dan sesungguhnya masjid-masjid adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun didalamnya disamping (menyembah ) Allah..” (Al-Jin: 18)

Ketiga, Jika sudah menjadi orang yang taat kepada Allah dan Rasul Nya, maka konsekwensi berikutnya yang harus dipahami adalah prinsip Wala’ dan Bara’. Artinya loyalitas hanya diberikan kepada Allah dan RasulNya dan orang-orang yang beriman. Sebaliknya manusia tidak berkompromi dengan segala bentuk penentangan dan pengingkaran terhadap aturan-aturan Allah.

Mengakhiri tulisan ini, mari kita garis bawahi bahwa umur adalah rahasia Allah yang tiada seorangpun mengetahuinya. Bersyukurlah mereka yang mampu memanfaatkannya dan merugilah bagi yang melewatkannya. Selaku hamba Allah, kita hanya mampu bermohon dan berharap bahwa apa yang kita lakukan dalam mengisi kehidupan ini senantiasa menjadi amal saleh dan bernilai ibadah di mata Allah swt, Mudah-mudahan kita mampu untuk menjadi hamba Allah yang pandai mensyukuri akan kasih sayang yang diberikan Allah swt. Amiin ya rabbal ’alamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar