Kamis, 17 April 2014

JUMAT AGUNG DAN KEAGUNGAN JUMAT

Setiap tahun, umat Kristen memperingati Hari Kematian Yesus Kristus yang disebut Jumat Agung dan Hari Kebangkitan Yesus Kristus yang disebut Paskah. Bagi umat Kristen, Peringatan Jumat Agung sangat berarti karena dengan peristiwa itu menjadi awal keselamatan. Bahkan sebagian umat Kristen menilai Jumat Agung dan Paskah justru lebih berarti dari Natal.
Disaat umat Kristen akan memasuki Jumat Agung, dengan segala maknanya, di satu sisi sesungguhnya bagi umat Islam, Hari Jumat itu sendiri juga sangat penuh makna dan sarat dengan keutamaan. Hal ini seringkali terabaikan sehingga kedatangan Jumat tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Berikut diantara keutamaan hari Jumat:
Pertama, hari yang paling utama di dunia dan penghulu dari hari-hari. Hal ini bisa dilihat dari penjelasan Rasulullah Saw., dalam hadisnya: Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah Saw., bersabda: "Sebaik-baik hari adalah hari Jum'at, pada hari itu Nabi Adam As., diciptakan, pada hari itu dia dimasukkan ke surga, pada hari itu dia dikeluarkan dari surga, dan hari kiamat tidak akan terjadi kecuali pada hari Jum'at.” (HR. Muslim no. 854, dan yang lainnya). Dalam "al-Musnad" hadits dari Abu Lubabah bin Abdul Munzir, dari Nabi Saw., Beliau bersabda: "Penghulunya hari adalah hari Jum'at, ia adalah hari yang paling utama disisi Allah Swt., lebih agung disisi Allah Swt., dari pada hari Idul Fitri dan Idul Adha, pada hari Jum'at tersebut terdapat lima keistimewaan: Nabi Adam As., diciptakan, Nabi Adam As.,diturunkan ke dunia, Nabi Adam As., diwafatkan, Pada hari itu terdapat suatu waktu, tidaklah seorang hamba meminta kepada Allah pada saat tersebut melainkan pasti akan dikabulkan oleh Allah Swt., selama yang diminta bukan yang haram, Pada hari itu akan terjadi kiamat, Tidak ada satupun dari malaikat, bumi, angin, laut, gunung maupun pepohonan kecuali mereka takut pada hari Jum'at.” (HR. Ahmad dalam al-musnad, 3/430, Ibnu Majah 1084, sedangkan syekh al-Albany mendha'ifkannya dalam Dha'iiful jaami', 3317).
Kedua, Waktu yang mustajab untuk berdo’a. Rasulullah Saw., sangat memuliakan hari ini, menghormatinya, dan mengkhususkannya untuk beribadah dibandingkan hari-hari lainnya. Hari ini senantiasa penuh dengan ibadah. Dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah Saw., menyebut hari Jum’at lalu beliau Rasulullah Saw., bersabda, “Di hari jum’at itu terdapat satu waktu yang jika seseorang muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan dikabulkan.” Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu. (HR. Bukhari Muslim).
Ketiga, dosa-dosanya diampuni antara jum’at tersebut dengan jum’at sebelumnya. Dari Salman Al-Farisi ra., mengatakan bahwa Nabi Saw., bersabda: “Tidaklah seseorang mandi pada hari jum’at dan bersuci semampunya, berminyak dengan minyak, atau mengoleskan minyak wangi dari rumahnya, kemudian keluar (menuju masjid), dan dia tidak memisahkan dua orang (yang sedang duduk berdampingan), kemudian dia mendirikan shalat yang sesuai dengan tuntunannya, lalu diam mendengarkan (dengan seksama) ketika imam berkhutbah melainkan akan diampuni (dosa-dosanya yang terjadi) antara jum’at tersebut dan jum’at berikutnya.” (HR. Bukhari)
Begitu pentingnya hari Jumat sehingga Allah Swt., mengabadikan Jumat sebagai salah satu nama surat dalam Alquran, surah al-Jumu’ah. Salah satu penjelasan di dalamnya adalah menyangkut perintah salat Jumat dan meninggalkan jual beli. ”Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. Al Jumu’ah, 62:9). Lebih jauh lagi, jual beli dimaknai dengan aktifitas secara umum. Artinya, apapun aktifitas yang kita lakukan, ketika azan memanggil untuk salat Jumat maka selayaknya dan seharusnya ditinggalkan. Pengecualian yang diberikan hanyalah kepada empat golongan sebagaimana hadis Nabi Saw., "Shalat Jum’at itu wajib bagi tiap-tiap muslim, dilaksanakan secara berjama’ah terkecuali empat golongan, yaitu hamba sahaya, perempuan, anak kecil dan orang yang sakit." (HR. Abu Daud dan Al-Hakim, hadits shahih) Jadi tidak ada alasan lain bagi seorang muslim untuk meninggalkan salat Jumat.
Puncak dari hari Jumat itu sesungguhnya ada pada pelaksanaan salat Jumat. Sehingga pada saat khatib sedang berkhutbah, wajib untuk mendengarkan dan tidak boleh berkata-kata sekalipun hanya mengatakan ”diamlah”. Tidak juga menghindari berbicara dengan tidur pada saat khutbah berlangsung.  Betapa banyak fadilah atau keutamaan yang digambarkan pada hari Jumat. Itu sebabnya merugilah orang yang tidak mampu memanfaatkan dengan baik momen jumat yang hanya datang seminggu sekali. Sebab begitu terlewati, belum tentu jumat berikutnya akan ditemui lagi. Jumat akan datang setiap minggunya, namun apakah kita selaku hamba akan mampu untuk bertemu dengannya? Wallaahu a’lam.:) Makassar, 06 April 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar