Rabu, 25 Maret 2020

PLENGKUNG GADING JOGJA

Image may contain: 1 person, cloud, sky and outdoor
Plengkung Gading Yogyakarta

Menelusuri setiap sudut kota Jogja seolah memiliki selaksa makna bak lagunya KLA Project. Suasana tenang tanpa kemacetan tentu pernah dinikmati kamu yang hidup pada era 90-an di kota tua ini. Jogja emang klasik, penuh nilai historis, dan always ngangenin...
Salah satu sudut itu adalah Plengkung Gading.
ini adalah gapura atau pintu keluar maupun masuk yang menuju ke Ngayogyokarto Hadiningrat atau yang kerap dijuluki keraton Jogja, istana yang dipimpin Sultan Hamengkubuwono X, raja di Yogyakarta.

Sebenarnya plengkung ini bukan bernama Plengkung Gading tetapi Plengkung Nirbaya yang berarti bebas dari bahaya duniawi. Plengkung gading ini bukan satu-satunya gerbang, tapi ada lima, diantaranya : Plengkung Taruno Siro di sisi utara, Plengkung Madyasuro di sisi timur, Plengkung Jagabaya di sisi barat daya, Plengkung Jaga Suro di sisi barat kesultanan kraton Yogya, dan Plengkung Gading terletak di sisi selatan. (Jika terus ke Selatan, maka akan tiba di Krapyak, dekat Pesantren Ali Maksum, lokasi kost2an saya...)

Plengkung gading memiliki Menara sirine yang hanya dibunyikan pada dua moment saja yaitu setiap tanggal 17 Agustus, untuk memperingati detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dan menjelang berbuka puasa pada bulan Ramadhan. Gapura ini juga menjadi jalan masuk menuju ke Alun-Alun Kidul dan Taman Sari.

Ada mitos dari Plengkung Gading ini yaitu, Plengkung Gading ini hanya boleh dilewati oleh sultan yang sudah wafat. Akan tetapi jika ada masyarakat biasa yang wafat tidak diperbolehkan melewati gapura ini namun harus mencari jalan lain walupun tempat tinggalnya dekat dengan plengkung gading tersebut.

Pada bagian atas plengkung gading ini ada ukiran burung yang sedang menghisap sari bunga, dalam bahasa Jawa disebut Lajering Sekar Sinesep Peksi. Arti dari kata-kata ini menyimpan banyak makna yaitu kata Lajering berarti angka satu, Sekar berarti angka Sembilan, Sinesep berarti angka enam dan Peksi berarti angka satu. Dari situlah diketahui bahwa gapura ini dibangun pada tahun 1961. (Dari berbagai sumber)
#tripofkakippy
 — at Plengkung Gading.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar