Selasa, 21 Januari 2014

Al-Qur’an: I’m in love

 (beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).
 Q.S. al-Baqarah(2):185

Pertengahan bulan ini, ditengah kesibukan berpuasa dan aktifitas Ramadhan lainnya, umat Islam ditambah kesibukannya dengan peringatan Nuzulul Qur’an (Turunnya Al-Qur’an). Mulai dari tingkat Desa/Kelurahan hingga tingkat Nasional. Berbagai macam organisasi sosial dan politik, LSM, instansi pemerintah, sekolah, semuanya terlibat dalam memperingati peristiwa bersejarah tersebut. Tapi ada catatan kecil yang perlu kita cermati bersama bahwa kadangkala kegiatan ini sekedar menjadi ceremonial belaka tanpa ada implikasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Seakan-akan kita jauh dari Al-Qur’an. Padahal Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi pedoman hidup bagi umat manusia, bukan hanya umat Islam.
Sungguh tepat apa yang diungkapkan Prof. Dr. Muhammad Abdul Halim Mahmud, Guru Besar Universitas Al Azhar, Kairo, ketika berkeliling memberikan kuliah-kuliahnya di Barat,”Saya melihat Islam di Barat tapi tidak menemukan orang Islam” Beliau memberikan contoh bahwa di Barat, semua orang yang naik bis angkutan umum, setelah membaca tulisan “Tolong bayar dengan uang pas”, tak seorangpun yang ditagih, namun semua penumpang yang turun pasti membayar dengan uang pas. Contoh lain, adalah penjual koran yang tidak membawa kesana kemari dagangannya tapi cukup membuat tempat dan meletakan di tempat itu dengan menuliskan “Tolong bayar dengan uang pas” Ketika pada petang hari, sang pedagang  mengambil uang hasil penjualan koran tersebut, jumlah koran yang laku dengan uang yang terkumpul, tidak ada selisihnya.
Ini barangkali contoh-contoh kecil dari cara-cara yang dituntunkan oleh Al-Qur’an (ajaran Islam) yang jika diamalkan, akan membawa pada suatu kondisi yang aman, tentram, teratur dan menyenangkan. Bukankah Allah Swt. Sang Maha Pengatur telah menciptakan alam semesta ini penuh dengan keteraturan? Jika satu planet saja tidak tunduk pada sunnatullah yang telah digariskan, maka apa jadinya alam semesta ini? Apa jadinya jalan raya kalau tidak ada yang tunduk pada aturan berlalu lintas? Bukankah kita semua menginginkan suasana aman, damai dan tentram? Maka tidak ada cara lain kecuali tunduk dan taat pada aturan yang telah digariskan oleh Sang Maha Mengatur, Maha Memberi Petunjuk, yang tercantum dalam Al-Qur’an.  Aisyah r.a. istri Nabi Muhammad Saw. ketika ditanya tentang akhlaknya Rasulullah, beliau menjawab dengan satu kata “Al-Quran”. Di akhir hayatnya Rasulullah memberikan pesan untuk menaati dua wasiatnya yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnahnya agar tidak tersesat selamanya.
Terlepas dari polemik yang terjadi tentang kapan diturunkannya dan berapa jumlah ayat Al-Qur’an, hal terpenting yang perlu diambil hikmahnya dari peringatan Nuzulul Qur’an adalah bagaimana kita memberikan motivasi bagi generasi selanjutnya agar mencintai Al-Qur’an. Berangkat dari bulan Ramadhan inilah kita melatih setiap pribadi untuk mau membaca, mempelajari dan  mengamalkan Al-Qur’an.
Memang upaya ini tidak mudah, karena pada dataran empiris, sangat sedikit diantara generasi muda kita yang mampu membaca kitab sucinya. Tragis! Bagaimana mungkin Al-Qur’an akan menjadi pedoman hidup kalau tidak mau membacanya. –apalagi mengamalkan- Tidak cukup hanya dengan beralasan tidak tahu membaca karena begitu banyak metode yang ditemukan agar bisa membaca Al-Qur’an. Hanya orang malas dan tidak bersungguh-sungguh yang tidak bisa membaca Al-Qur’an. Kenapa kita mampu mengkhatamkan berjilid-jilid komik dan cerita silat dalam waktu yang singkat? Atau novel yang isinya ratusan halaman? Lalu mana porsi untuk membaca dan mengkaji Al-Qur’an? Kenapa kita mampu mendengarkan puluhan lagu dari mp3 dan keberatan untuk mendengarkan 2 – 3 ayat saja dari Al-Qur’an?
Mari kita survey generasi muda –siswa/mahasiswa muslim- yang ada di sekolah umum/Perguruan Tinggi. Berapa persenkah dari mereka yang bisa membaca   Al-Qur’an? Berapa banyak orang tua yang peduli dengan anaknya yang belum bisa membaca   Al-Qur’an? Padahal potensi terbesar dari bangsa ini ada di sekolah umum dan pertanyaan-pertanyaan ini menjadi renungan bagi kita yang masih peduli dengan masa depan generasi kita.
Al-Qur’an adalah kitab yang berisi tanda-tanda (ayat-ayat). Ada 6000an lebih tanda di dalamnya yang bisa menunjukkan kita arah yang baik dan tidak akan pernah tersesat selama-lamanya baik di dunia maupun akhirat. Bagi orang yang berpikir, cukup dengan satu tanda saja atau bahkan dua sampai tiga tanda ia telah paham dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya. Ada juga yang membutuhkan sepuluh tanda atau bahkan lebih untuk bisa memahami dan berpedomankan Al-Qur’an. Pertanyaan bagi diri kita sendiri adalah masih butuh berapa banyak tanda lagi bagi kita untuk mencapai tujuan?
Semoga dengan peristiwa Nuzulul Qur’an atau turunnya Al Qur’an akan menjadikan kita terutama generasi muda semakin mengenal Al Qur’an dan tumbuh rasa cinta untuk membacanya dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari yang pada gilirannya betul-betul mampu menjadi petunjuk dan pedoman hidup kita. Aamiin. (Makassar, 18 September 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar