(beberapa hari yang ditentukan itu ialah)
bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil).
Q.S. al-Baqarah(2):185
Pertengahan bulan ini, ditengah kesibukan berpuasa dan aktifitas Ramadhan
lainnya, umat Islam ditambah kesibukannya dengan peringatan Nuzulul Qur’an
(Turunnya Al-Qur’an). Mulai dari tingkat Desa/Kelurahan hingga tingkat
Nasional. Berbagai macam organisasi sosial dan politik, LSM, instansi
pemerintah, sekolah, semuanya terlibat dalam memperingati peristiwa bersejarah
tersebut. Tapi ada catatan kecil yang perlu kita cermati bersama bahwa kadangkala
kegiatan ini sekedar menjadi ceremonial belaka tanpa ada implikasi dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari. Seakan-akan kita jauh dari Al-Qur’an. Padahal
Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi pedoman hidup bagi umat manusia, bukan hanya
umat Islam.
Sungguh tepat apa yang diungkapkan Prof. Dr. Muhammad Abdul Halim Mahmud,
Guru Besar Universitas Al Azhar, Kairo, ketika berkeliling memberikan
kuliah-kuliahnya di Barat,”Saya melihat Islam di Barat tapi tidak menemukan
orang Islam” Beliau memberikan contoh bahwa di Barat, semua orang yang naik bis
angkutan umum, setelah membaca tulisan “Tolong bayar dengan uang pas”, tak
seorangpun yang ditagih, namun semua penumpang yang turun pasti membayar dengan
uang pas. Contoh lain, adalah penjual koran yang tidak membawa kesana kemari
dagangannya tapi cukup membuat tempat dan meletakan di tempat itu dengan
menuliskan “Tolong bayar dengan uang pas” Ketika pada petang hari, sang
pedagang mengambil uang hasil penjualan koran
tersebut, jumlah koran yang laku dengan uang yang terkumpul, tidak ada
selisihnya.
Ini barangkali contoh-contoh kecil dari cara-cara yang dituntunkan oleh Al-Qur’an
(ajaran Islam) yang jika diamalkan, akan membawa pada suatu kondisi yang aman,
tentram, teratur dan menyenangkan. Bukankah Allah Swt. Sang Maha Pengatur telah
menciptakan alam semesta ini penuh dengan keteraturan? Jika satu planet saja
tidak tunduk pada sunnatullah yang telah digariskan, maka apa jadinya alam
semesta ini? Apa jadinya jalan raya kalau tidak ada yang tunduk pada aturan
berlalu lintas? Bukankah kita semua menginginkan suasana aman, damai dan
tentram? Maka tidak ada cara lain kecuali tunduk dan taat pada aturan yang
telah digariskan oleh Sang Maha Mengatur, Maha Memberi Petunjuk, yang tercantum
dalam Al-Qur’an. Aisyah r.a. istri Nabi
Muhammad Saw. ketika ditanya tentang akhlaknya Rasulullah, beliau menjawab
dengan satu kata “Al-Quran”. Di akhir hayatnya Rasulullah memberikan pesan
untuk menaati dua wasiatnya yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnahnya agar
tidak tersesat selamanya.
Terlepas dari polemik yang terjadi tentang kapan diturunkannya dan berapa
jumlah ayat Al-Qur’an, hal terpenting yang perlu diambil hikmahnya dari
peringatan Nuzulul Qur’an adalah bagaimana kita memberikan motivasi bagi
generasi selanjutnya agar mencintai Al-Qur’an. Berangkat dari bulan Ramadhan
inilah kita melatih setiap pribadi untuk mau membaca, mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an.
Memang upaya ini tidak mudah, karena pada dataran empiris, sangat sedikit
diantara generasi muda kita yang mampu membaca kitab sucinya. Tragis! Bagaimana
mungkin Al-Qur’an akan menjadi pedoman hidup kalau tidak mau membacanya.
–apalagi mengamalkan- Tidak cukup hanya dengan beralasan tidak tahu membaca
karena begitu banyak metode yang ditemukan agar bisa membaca Al-Qur’an. Hanya
orang malas dan tidak bersungguh-sungguh yang tidak bisa membaca Al-Qur’an.
Kenapa kita mampu mengkhatamkan berjilid-jilid komik dan cerita silat dalam
waktu yang singkat? Atau novel yang isinya ratusan halaman? Lalu mana porsi
untuk membaca dan mengkaji Al-Qur’an? Kenapa kita mampu mendengarkan puluhan
lagu dari mp3 dan keberatan untuk mendengarkan 2 – 3 ayat saja dari Al-Qur’an?
Mari kita survey generasi muda –siswa/mahasiswa muslim- yang ada di
sekolah umum/Perguruan Tinggi. Berapa persenkah dari mereka yang bisa membaca
Al-Qur’an? Berapa banyak orang tua yang peduli dengan anaknya yang belum bisa
membaca
Al-Qur’an? Padahal potensi terbesar dari bangsa ini ada di sekolah umum
dan pertanyaan-pertanyaan ini menjadi renungan bagi kita yang masih peduli
dengan masa depan generasi kita.
Al-Qur’an
adalah kitab yang berisi tanda-tanda (ayat-ayat). Ada 6000an lebih tanda di
dalamnya yang bisa menunjukkan kita arah yang baik dan tidak akan pernah
tersesat selama-lamanya baik di dunia maupun akhirat. Bagi orang yang berpikir,
cukup dengan satu tanda saja atau bahkan dua sampai tiga tanda ia telah paham
dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya. Ada juga yang membutuhkan sepuluh tanda atau
bahkan lebih untuk bisa memahami dan berpedomankan Al-Qur’an. Pertanyaan bagi
diri kita sendiri adalah masih butuh berapa banyak tanda lagi bagi kita untuk
mencapai tujuan?
Semoga dengan peristiwa Nuzulul Qur’an atau turunnya
Al Qur’an akan menjadikan kita terutama generasi muda semakin mengenal Al
Qur’an dan tumbuh rasa cinta untuk membacanya dan mengamalkan dalam kehidupan
sehari-hari yang pada gilirannya betul-betul mampu menjadi petunjuk dan pedoman
hidup kita. Aamiin. (Makassar, 18 September 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar