Selasa, 21 Januari 2014

MUHASABAH AWAL TAHUN

Ada dua momen penting yang akan dihadapi dalam minggu ini, pertama,  Tahun Baru 1 Muharam 1430 H, yang peringatannya biasa diisi dengan ceramah, tabligh akbar, zikir bersama dan semacamnya.  Kedua, Tahun Baru 1 Januari 2009 M. yang umumnya diperingati dengan meriah mulai tengah malam hingga pagi dengan berbagai acara hura-hura, kembang api, petasan dan semacamnya. Dua tahun baru yang terkesan kontradiktif dalam peringatannya. Bagi mereka yang memahami akan nilai-nilai religius, tentu akan membatasi diri dalam kegiatan yang bersifat hura-hura dan pemborosan, apapun alasannya karena hal tersebut lebih banyak membawa mudharat ketimbang manfaat. Mereka lebih berpikir untuk bertafakur dan bermuhasabah atas bertambahnya umur, karena sesungguhnya dengan bertambah umur, pada  hakekatnya adalah berkurang kesempatan untuk hidup di dunia ini.
Muhasabah memang harus dilakukan setiap hari, setiap saat karena kita tidak tahu kapan maut menjemput. Namun inilah wujud syukur selaku hamba terhadap nikmat kesempatan yang diberikan Allah Swt. untuk bisa menikmati sisa hidup. Umur adalah modal berharga dalam kehidupan manusia di dunia yang kelak akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Rasulullah saw bersabda: ”Tidak akan tergelincir kaki seorang hamba pada hari kiamat sebelum menjawab empat pertanyaan: tentang umurnya untuk apa ia habiskan, masa mudanya digunakan untuk apa, tentang hartanya darimana diperoleh dan kemana dibelanjakan, dan ilmunya sudahkan diamalkan?” (HR. Bazar dan Thabrani)
Kalaulah umur adalah amanat Tuhan, tentu setiap muslim berkewajiban memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Banyak hal bisa dilakukan melalui berbagai kesalehan, apakah kesalehan individual atau kesalehan sosial, baik dalam pengertian yang sempit ataupun dalam arti yang luas. Singkatnya, setiap orang hendaklah menjadikan kehidupannya berkualitas. Dan kualitas seseorang bukan terletak pada panjang pendeknya usia, tapi pada amal ibadahnya. Rasulullah saw bersabda: ”Manusia yang paling baik adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya. Manusia yang buruk adalah yang paling panjang umurnya tapi amalnya buruk” (H.R. Ahmad)
Orang-orang yang senantiasa bermuhasabah tentu menyadari bahwa waktu yang berlalu setiap hari, tak ubahnya seperti lemari-lemari kosong yang lewat di hadapannya. Terserah kepada setiap individu, apakah akan mengisinya dengan hal-hal yang baik ataukah yang buruk, mengisinya dengan amal yang saleh ataukah amal yang salah. Atau bahkan membiarkannya lewat begitu saja dengan sia-sia.
Betapa banyak ayat Allah dalam Al-Quran yang mengisyaratkan tentang waktu. Semuanya mengindikasikan kepada pemanfaatan waktu dengan sebaik-baiknya, agar manusia tidak termasuk pada golongan orang yang merugi. Salah satunya adalah sebagaimana firman Allah dalam surat Al Asr : 1 – 3 : ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al Asr : 1-3)
Banyak orang yang beruntung dengan umur yang dimilikinya, namun tidak sedikit pula yang celaka karena tertipu dengan umurnya. Inilah yang ditegaskan Nabi saw :”Dua nikmat yang tertipu olehnya kebanyakan manusia; nikmat sehat dan nikmat waktu luang” (H.R. Bukhari). Momen tahun baru, memberikan kesempatan bagi kita untuk bermuhasabah, melihat kembali diri ini sambil memperhitungkan dan memanfaatkan kesempatan yang diberikan Allah. Orang yang tidak menyibukkan dirinya dengan kebaikan dan kebenaran, maka ia akan menyibukkan dirinya dengan kejahatan dan kebatilan sebagaimana dikatakan oleh Imam Syafi’i Rahimahullahu: ”Jika anda tidak menyibukkan diri anda dengan kebenaran, maka ia akan menyibukkan anda dengan kebatilan.” Nabi saw. menganjurkan umatnya untuk memeriksa umurnya setiap kali menyadari umurnya bertambah pada setiap pergantian tahun.
Umur adalah rahasia Allah yang tiada seorangpun mengetahuinya. Bersyukurlah mereka yang mampu memanfaatkannya dan merugilah bagi yang melewatkannya. Selaku hamba Allah, kita hanya mampu bermohon dan berharap bahwa apa yang kita lakukan dalam mengisi kehidupan ini senantiasa menjadi amal saleh dan bernilai ibadah di mata Allah swt, Mudah-mudahan, memasuki dua tahun baru ini kita mampu untuk menjadi hamba Allah yang pandai mensyukuri akan kasih sayang yang diberikanNya. Amiin ya rabbal ’alamiin
Makassar, 20 Desember 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar