Sebatang bambu yang indah tumbuh
di halaman rumah seorang petani. Batang bambu ini tumbuh tinggi menjulang di
antara batang-batang bambu lainnya.
Suatu hari datanglah sang petani
yang empunya pohon bambu itu.
Dia berkata kepada batang bambu,” Wahai bambu, maukah engkau kupakai untuk menjadi pipa saluran air, yang sangat berguna untuk mengairi sawahku?”
Dia berkata kepada batang bambu,” Wahai bambu, maukah engkau kupakai untuk menjadi pipa saluran air, yang sangat berguna untuk mengairi sawahku?”
Batang bambu menjawabnya, “Oh
tentu aku mau bila dapat berguna bagi engkau, Tuan. Tapi ceritakan apa yang
akan kau lakukan untuk membuatku menjadi pipa saluran air itu.”
Sang petani menjawab, “Pertama,
aku akan menebangmu untuk memisahkan engkau dari rumpunmu yang indah itu. Lalu
aku akan membuang cabang-cabangmu yang dapat melukai orang yang memegangmu. Setelah
itu aku akan membelah-belah engkau sesuai dengan keperluanku. Terakhir aku akan
membuang sekat-sekat yang ada di dalam batangmu, supaya air dapat mengalir
dengan lancar.
Apabila aku sudah selesai dengan pekerjaanku, engkau akan menjadi pipa yang akan mengalirkan air untuk mengairi sawahku sehingga padi yang kutanam dapat tumbuh dengan subur.”
Apabila aku sudah selesai dengan pekerjaanku, engkau akan menjadi pipa yang akan mengalirkan air untuk mengairi sawahku sehingga padi yang kutanam dapat tumbuh dengan subur.”
Mendengar hal ini, batang bambu
lama terdiam….. , kemudian dia berkata kepada petani, “Tuan, tentu aku akan
merasa sangat sakit ketika engkau menebangku. Juga pasti akan sakit ketika
engkau membuang cabang-cabangku, bahkan lebih sakit lagi ketika engkau
membelah-belah batangku yang indah ini, dan pasti tak tertahankan ketika engkau
mengorek-ngorek bagian dalam tubuhku untuk membuang sekat-sekat penghalang itu.
Apakah aku akan kuat melalui semua proses itu, Tuan?”
Petani menjawab batang bambu itu,
” Wahai bambu, engkau pasti kuat melalui semua itu, karena aku memilihmu justru
karena engkau yang paling kuat dari semua batang pada rumpun ini. Jadi
tenanglah.”
Akhirnya batang bambu itu
menyerah, “Baiklah, Tuan. Aku ingin sekali berguna bagimu. Ini aku, tebanglah
aku, perbuatlah sesuai dengan yang kau kehendaki.”
Setelah petani selesai dengan
pekerjaannya, batang bambu indah yang dulu hanya menjadi penghias halaman rumah
petani, kini telah berubah menjadi pipa saluran air yang mengairi sawahnya
sehingga padi dapat tumbuh dengan subur dan berbuah banyak.
Pernahkah kita berpikir bahwa
dengan masalah yang datang silih berganti tak habis-habisnya, mungkin Allah
sedang memproses kita untuk menjadi indah di hadapan-Nya? Sama seperti batang
bambu itu, kita sedang ditempa, Allah sedang membuat kita sempurna untuk di
pakai menjadi penyalur berkat. Dia sedang membuang kesombongan dan segala sifat
kita yang tak berkenan bagi-Nya. Tapi jangan kuatir, kita pasti kuat karena
Allah tak akan memberikan beban yang tak mampu kita pikul. Jadi maukah kita
berserah pada kehendak Allah, membiarkan Dia bebas berkarya di dalam diri kita
untuk menjadikan kita alat yang berguna bagi-Nya?
Seperti batang bambu itu, mari
kita berkata, ” Ini aku Allah, perbuatlah sesuai dengan yang Kau kehendaki.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar