Ramadhan telah berlalu
dengan meninggalkan berbagai kesan bagi tiap-tiap mukmin dan muslim yang
menemuinya. Kadar kesalehan yang meningkat –baik kesalehan individual maupun
kesalehan sosial- merupakan salah satu indikasi bahwa Ramadhan memberikan
dampak positif yang luar biasa bagi mereka yang melaluinya. Masjid yang selalu
ramai dikunjungi, bahkan pada setiap waktu salat memberikan isyarat bahwa
Ramadhan adalah benar-benar sebagai bulan peningkatan. Di berbagai tempat dan
media bertebaran kajian-kajian keislaman yang menunjukkan betapa kaum muslimin
haus akan ilmu dan pengetahuan yang bersifat ukhrawi.
Persoalan yang muncul
adalah berbaliknya kondisi seperti itu pasca Ramadhan. Bahkan ketika akhir
Ramadhan mulai tampak fenomena menurunnya tingkat kesalehan itu. Kesibukan
menjelang Idul Fitri sempat melalaikan sebagian muslim untuk memanfaatkan momen
akhir Ramadhan. Kesibukan demi kesibukan dalam mempersiapkan hari raya
melupakan orang untuk tetap tarwih dan tadarus Al Qur’an. Dan, kemeriahan Hari
Raya menambah daftar panjang kelalaian sebagian muslim untuk semakin
mendekatkan diri kepada Sang Khalik.
Para ulama kemudian memberikan tuntunan agar kaum muslimin tidak menjadi
generasi yang Ramadhani, yaitu generasi yang hanya beribadah pada bulan
Ramadhan saja. Namun lebih jauh lagi yaitu generasi yang Rabbani. Artinya,
generasi yang konsisten beribadah sepanjang hidupnya, tidak terbatas pada waktu-waktu
tertentu seperti bulan Ramadhan saja. Jadi, kembali ke diri kita masing-masing
apakah termasuk dalam generasi yang Rabbani ataukah Ramadhani. Wallaahu
a’lam.:) (Makassar, 25 September 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar