Selasa, 21 Januari 2014

MENGHORMATI GURU SEBAGAI TELADAN RASULULLAH SAW


Guru adalah profesi yang luar biasa. Selaku orang yang berhadapan langsung dengan peserta didik, merekalah yang membentuk anak-anak Indonesia menjadi cerdas dan berkualitas sesuai dengan tujuan dari Pendidikan Nasional. Guru bisa dibilang adalah sosok yang paling berjasa dalam kehidupan ini. Dengan usaha yang gigih dan jerih payah yang tiada kenal lelah itulah kemudian muncul para cendekiawan, ulama dan ahli dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Ingatlah bait-bait lagu yang sering dinyanyikan ketika kecil dulu dan sering muncul di layar kaca :
Kita bisa pandai menulis dan membaca karena siapa…
Kita bisa tahu beraneka bidang ilmu karena siapa…
Kita bisa pintar dibimbing pak guru… kita bisa pandai dibimbing bu guru
Gurulah pelita penerang dalam gulita.. Jasamu tiada tara…
Syair lagu tersebut sangat menggugah perasaan bagi siapa saja yang mendengarkan dan menghayati dengan baik. Apalagi setelah melalui suatu perenungan yang mendalam akan timbul suatu kesadaran untuk menghormati dan memuliakan guru. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam bahwa menghormati dan memuliakan guru adalah suatu kewajiban. Kelahiran Rasulullah Muhammad Saw. membawa perubahan yang luar biasa dalam segala sisi kehidupan manusia. Beliau tidak saja sebagai seorang suami, ayah dan pemimpin umat manusia tetapi lebih dari itu beliau teladan yang baik dalam berbagai peran dan profesi. Firman Allah Swt. dalam QS. Al Ahzab (33):21 : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah saw. memberikan suatu perintah dalam sabdanya: “Muliakanlah orang-orang yang kamu belajar daripadanya” atau “Barangsiapa yang menghormati orang-orang yang berilmu (alim) berarti ia menghormatiku
Bagaimanapun guru telah berusaha keras untuk mengajar dan mendidik guna memberi bekal dalam bidang ilmu pengetahuan, ketrampilan dan akhlak al-karimah (budi pekerti yang baik) sebagai bekal dan pedoman hidup. Sedangkan yang namanya “pak guru” atau “bu guru” tidak pernah meminta imbalan dari peserta didiknya. Itulah sebabnya guru kemudian mendapat gelar “Pahlawan tanpa tanda jasa”.  Bahkan dalam Islam guru adalah pewaris para Nabi dan rasul-rasul Allah karena tugasnya memberi penerangan serta pendidikan kepada manusia agar mengalami perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, berakhlak mulia dan sebagainya.
Dengan demikian, sudah sepantasnyalah guru dihormati dan dimuliakan sebagaimana menghormati dan memuliakan kedua orang tua. Salah satu caranya adalah sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw “Pelajarilah ilmu dan ajarilah manusia dan rendahkanlah diri kepada guru-guru serta berlaku lemah lembutlah terhadap murid-muridmu”. (HR. Tabrani)
Paling tidak, ada empat perintah dalam hadits tersebut yang harus dilakukan oleh setiap muslim, yaitu mempelajari ilmu, mengajarkan ilmu itu, hormat kepada guru dan berlaku lemah lembut terhadap peserta didik.
Perubahan zaman telah menjadikan nilai-nilai tersebut berkurang dari lingkungan pendidikan kita. Guru tidak lagi menjadi orang yang digugu dan ditiru sehingga peserta didik tidak lagi menghormatinya. Guru tidak lagi berupaya meningkatkan kemampuan profesinya. Transfer ilmu tidak dibarengi dengan transfer nilai kepada peserta didik. Beberapa kasus guru memukul peserta didiknya menjadi indikator hilangnya kesabaran dan kelemahlembutan  yang harus dimiliki seorang guru. Imbasnya, peserta didik tidak lagi menaruh hormat terhadap gurunya. Boleh jadi hal ini karena pertama, guru itu sendiri yang tidak memposisikan dirinya sebagai orang yang pantas dan harus dihormati. Kedua, karena memang dasarnya peserta didik itu sendiri yang terpengaruh dengan pergaulan dari luar  dunia pendidikan yang tidak sesuai dengan norma-norma agama. Padahal yang diinginkan seorang guru adalah sangat sederhana saja yaitu agar peserta didiknya rajin belajar, berakhlak mulia dan berhasil dalam hidupnya. Inilah kebanggaan seorang guru yang tidak bisa digantikan oleh materi apapun. Sebaliknya guru akan merasa malu dan tidak berhasil manakala peserta didiknya terjerumus kedalam kemaksiatan, tindakan kriminal dan prilaku negatif lainnya. Keberhasilan peserta didik adalah keberhasilan guru juga dan inilah yang kemudian akan menjadikan bangsa ini maju dan bemartabat dihadapan bangsa-bangsa lain. :) (Manado, 26 November 2011)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar