Guru adalah profesi yang
luar biasa. Selaku orang yang berhadapan langsung dengan peserta didik, merekalah
yang membentuk anak-anak Indonesia menjadi cerdas dan berkualitas sesuai dengan
tujuan dari Pendidikan Nasional. Guru bisa dibilang adalah sosok yang paling
berjasa dalam kehidupan ini. Dengan usaha yang gigih dan jerih payah yang tiada
kenal lelah itulah kemudian muncul para cendekiawan, ulama dan ahli dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Ingatlah bait-bait lagu yang
sering dinyanyikan ketika kecil dulu dan sering muncul di layar kaca :
Kita
bisa pandai menulis dan membaca karena siapa…
Kita
bisa tahu beraneka bidang ilmu karena siapa…
Kita
bisa pintar dibimbing pak guru… kita bisa pandai dibimbing bu guru
Gurulah
pelita penerang dalam gulita.. Jasamu tiada tara…
Syair lagu tersebut sangat
menggugah perasaan bagi siapa saja yang mendengarkan dan menghayati dengan
baik. Apalagi setelah melalui suatu perenungan yang mendalam akan timbul suatu
kesadaran untuk menghormati dan memuliakan guru. Hal ini sesuai dengan ajaran
Islam bahwa menghormati dan memuliakan guru adalah suatu kewajiban. Kelahiran
Rasulullah Muhammad Saw. membawa perubahan yang luar biasa dalam segala sisi
kehidupan manusia. Beliau tidak saja sebagai seorang suami, ayah dan pemimpin
umat manusia tetapi lebih dari itu beliau teladan yang baik dalam berbagai
peran dan profesi. Firman Allah Swt. dalam QS. Al Ahzab (33):21 : Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.
Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah
saw. memberikan suatu perintah dalam sabdanya: “Muliakanlah orang-orang yang kamu belajar daripadanya” atau “Barangsiapa yang menghormati orang-orang
yang berilmu (alim) berarti ia menghormatiku”
Bagaimanapun guru telah
berusaha keras untuk mengajar dan mendidik guna memberi bekal dalam bidang ilmu
pengetahuan, ketrampilan dan akhlak al-karimah
(budi pekerti yang baik) sebagai bekal dan pedoman hidup. Sedangkan yang namanya
“pak guru” atau “bu guru” tidak pernah meminta imbalan dari peserta didiknya.
Itulah sebabnya guru kemudian mendapat gelar “Pahlawan tanpa tanda jasa”. Bahkan dalam Islam guru adalah pewaris para
Nabi dan rasul-rasul Allah karena tugasnya memberi penerangan serta pendidikan
kepada manusia agar mengalami perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak terampil menjadi terampil, berakhlak mulia dan sebagainya.
Dengan demikian, sudah
sepantasnyalah guru dihormati dan dimuliakan sebagaimana menghormati dan
memuliakan kedua orang tua. Salah satu caranya adalah sebagaimana yang
disabdakan Rasulullah saw “Pelajarilah
ilmu dan ajarilah manusia dan rendahkanlah diri kepada guru-guru serta berlaku
lemah lembutlah terhadap murid-muridmu”. (HR. Tabrani)
Paling tidak, ada empat
perintah dalam hadits tersebut yang harus dilakukan oleh setiap muslim, yaitu
mempelajari ilmu, mengajarkan ilmu itu, hormat kepada guru dan berlaku lemah
lembut terhadap peserta didik.
Perubahan zaman telah
menjadikan nilai-nilai tersebut berkurang dari lingkungan pendidikan kita. Guru
tidak lagi menjadi orang yang digugu dan ditiru sehingga peserta
didik tidak lagi menghormatinya. Guru tidak lagi berupaya meningkatkan
kemampuan profesinya. Transfer ilmu tidak dibarengi dengan transfer nilai
kepada peserta didik. Beberapa kasus guru memukul peserta didiknya menjadi
indikator hilangnya kesabaran dan kelemahlembutan yang harus dimiliki seorang guru. Imbasnya, peserta
didik tidak lagi menaruh hormat terhadap gurunya. Boleh jadi hal ini karena pertama,
guru itu sendiri yang tidak memposisikan dirinya sebagai orang yang pantas dan
harus dihormati. Kedua, karena memang dasarnya peserta didik itu sendiri yang
terpengaruh dengan pergaulan dari luar
dunia pendidikan yang tidak sesuai dengan norma-norma agama. Padahal
yang diinginkan seorang guru adalah sangat sederhana saja yaitu agar peserta
didiknya rajin belajar, berakhlak mulia dan berhasil dalam hidupnya. Inilah
kebanggaan seorang guru yang tidak bisa digantikan oleh materi apapun. Sebaliknya
guru akan merasa malu dan tidak berhasil manakala peserta didiknya terjerumus
kedalam kemaksiatan, tindakan kriminal dan prilaku negatif lainnya.
Keberhasilan peserta didik adalah keberhasilan guru juga dan inilah yang
kemudian akan menjadikan bangsa ini maju dan bemartabat dihadapan bangsa-bangsa
lain. :) (Manado, 26 November 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar