Selasa, 21 Januari 2014

CATATAN AKHIR RAMADHAN


Allah Swt. mewajibkan puasa Ramadhan dan aku mensunnahkan shalat malam harinya. Barangsiapa berpuasa dan shalat malam dengan mengharap pahala (keridhaan) Allah, maka dia keluar dari dosanya seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya (HR. Ahmad).

Setiap orang tentu menginginkan sebuah happy ending -akhir yang bahagia dari setiap episode kehidupannya (husnul khatimah)-. Semua mengiginkan adegan yang mulus dari setiap scene. Imbasnya adalah gaji dan bonus yang besar karena sudah bermain peran dengan baik. Namun tidak semua mampu melakoni peran sebagaimana yang diinginkan sang sutradara sesuai skenario. Ada saja halangan, rintangan dan tantangan yang menjadikan adegan itu harus diulang-ulang. Bagi yang mau belajar, pengulangan itu –atau dengan pelajaran tambahan- merupakan sebuah cambuk untuk memotivasi agar mampu berakting dengan apik dan menjadi yang terbaik. Selesai satu episode, kita tinggal menontonnya dan jika peran yang dimainkan berkenan, maka saat itulah kontrak lainnya berdatangan yang pada akhirnya berbuah manis.
Kehidupan laksana sekumpulan episode yang harus diperankan dengan baik.  Ramadhan –sebagai bulan tarbiyah, bulan pembinaan dan pendidikan- mengajari banyak hal untuk melakukan yang terbaik sesuai ketentuan Allah Swt. Sebulan penuh Allah perintahkan orang beriman untuk berpuasa guna melatih pengendalian diri, kepekaan dan kepedulian sosial serta berbagai kemampuan lainnya yang dapat menunjang proses kehidupan selanjutnya. Sebulan penuh dimintakan supaya mendirikan salat pada malam harinya guna melatih kedisiplinan sebagai bentuk ketaatan pada Sang Pencipta. Sebulan lamanya diminta untuk membaca al-Qur’an guna menambah pengetahuan agar script kehidupan bisa dilakoni dengan sebaik-baiknya. Kalau semuanya berjalan sesuai dengan kehendak-Nya, yakinlah bahwa Allah tidak pernah tidur dan tidak pernah menyalahi janjiNya. Balasan pahala yang melimpah sudah tentu akan diberikan bagi mereka yang telah berperan dengan sebaik-baiknya.
Kini, satu episode Ramadhan telah berakhir. Kemampuan berlatih dan berakting kita pada bulan Ramadhan akan dipraktekkan pada sebelas bulan berikutnya. Ada dua perbedaan dalam menyikapi akhir Ramadhan. Bagi orang beriman, mereka pasti bersedih karena Ramadhan akan berakhir sebab belum tentu pada tahun depan akan bisa menjalani Ramadhan dengan berbagai amaliah. Tidak ada lagi puasa setap hari, tidak ada lagi salat tarawih, tidak ada lagi amalan berlipat ganda. Namun bagi orang munafik, mereka akan bergembira, berpesta pora dengan kepergian Ramadhan karena tidak ada lagi yang akan mengekang kebiasaan buruknya.
Kebahagiaan menghadapi Idul Fitri pun memiliki dua kemungkinan, ada yang berbahagia karena sedang menyambut kemenangan dirinya sendiri, sementara ada pula yang berbahagia tapi sekedar merayakan kemenangan orang lain. Semuanya kembali kepada individu masing-masing karena puasa merupakan ibadah rahasia, hanya Allah yang Maha Mengetahui. Keberhasilan ibadah Ramadhan dalam bentuk terhapusnya dosa-dosa merupakan sesuatu yang abstrak, bukan sesuatu yang konkrit atau nyata. Oleh karena itu ketaqwaan kepada Allah Swt yang meningkat adalah salah satu bukti bahwa Ramadhan kita berhasil dengan baik.  
Dengan demikian, berakhirnya Ramadhan bukan berarti berakhir pula ibadah kita kepada Allah, namun sesungguhnya inilah awal yang baik untuk memulai kehidupan dengan semangat yang baru, semangat fitrah sebagaimana bayi yang dilahirkan oleh ibunya. (Manado Post, 07 Agustus 2013)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar