Rabu, 22 Januari 2014

HIJRAH: MOMENTUM PERUBAHAN

Peringatan Tahun Baru setiap tanggal 1 Muharam tidak bisa lepas dari peristiwa hijrah. Kepindahan Nabi Muhammad Saw dan kaum muslimin dari Mekkah ke Madinah akibat pressure dan intimidasi kafir Quraisy merupakan upaya strategis pengembangan Islam sebagai agama misi. Sejarah membuktikan, bahwa Madinah kemudian menjadi pusat pemerintahan Islam yang mampu memberikan nilai-nilai toleransi dalam heterogenitas sosial baik antar suku maupun agama.
Sekalipun peristiwa tersebut terjadi pada bulan Rabiul Awwal, namun tidak bisa dipisahkan begitu saja dari bulan Muharam yang seakan-akan ”identik” dengan hijrah. Hal ini bukan berarti menganggap bahwa peristiwa hijrah terjadi pada bulan Muharam. Tetapi nilai-nilai dari peristiwa itulah yang diambil sebagai pelajaran pada bulan Muharam.  Umar bin Khattab adalah orang pertama yang menjadikan peristiwa hijrah sebagai awal penanggalan dalam tahun Hijriyah setelah bermusyawarah dengan para sahabat. Umar beralasan bahwa hijrah adalah peristiwa yang membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Sedangkan bulan Muharam dipilih sebagai awal kalender Hijriyah karena bulan ini datang sesudah  Dzulhijjah dimana syariat haji dilakukan oleh kaum muslimin sebagai rukun yang terakhir dalam rukun Islam. Penetapan ini terjadi pada tahun ke-7 atau 8 H.
Hijrah itu sendiri memiliki makna yang luas. Al Qur’an memberikan gambaran hijrah dalam QS. An Nisa (4): 100: ”Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Menurut Prof. Dr. Mahmoud Syaltout, guru besar Universitas Al Azhar Kairo, ada dua macam hijrah yaitu hijrah badaniyah dan hijrah qalbiyah. Jika dikembangkan, hal ini bisa dimaknai dengan hijrah secara lahir dan batin atau hijrah fisik dan psikis. Dengan berhijrah, orang akan mendapatkan suatu pengalaman dan wawasan baru yang bisa dijadikan pelajaran untuk menjadikan dirinya sebagai orang yang beruntung –hari ini lebih baik dari hari kemarin-. Ia tidak akan menjadi seperti katak dalam tempurung yang tidak pernah tahu betapa besarnya kerbau.
Hijrah memberikan sebuah semangat baru, semangat perubahan. Tentu saja perubahan ke arah positif mulai dari pola pikir, tingkah laku, pakaian, gaya hidup dan sebagainya. Pola pikir yang positif, tidak saling menyakiti, sikut menyikut dan sikat menyikat, berprasangka buruk dan sejenisnya akan membawa perubahan tingkah laku menjadi santun dalam segala hal. Pakaian yang sopan akan menghindarkan diri dari pelecehan. Begitu pula gaya hidup yang hedonis dan konsumtif mengurangi kepekaan sosial. Pada akhirnya, semangat perubahan ini akan bermuara pada semangat untuk memberikan yang terbaik dari diri ini semata-mata karena penghambaan terhadap Sang Pencipta. Itulah teladan yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw. untuk umat manusia.:)
Makassar, 6 April 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar