Ini bukan sebuah judul sinetron atau film di televisi
tetapi suatu hal yang perlu kita ketahui dan merupakan impian dari semua orang
apalagi seorang muslim.
Setiap orang yang ditanya –sebejat apapun
prilakunya- tetap menginginkan surga sebagai bagian akhir dari kehidupannya.
Setiap orang menginginkan bahwa setiap episode kehidupannya akan berakhir
bahagia (happy ending gitu loh…!). Bahkan
di setiap doanya senantiasa berharap agar diberikan kehidupan dunia yang
bahagia, akhirat yang bahagia dan dijauhkan dari siksa neraka. (Rabbanaa aatinaa fid dunyaa hasanah, wa fil
akhirati hasanah, wa qinaa adzaaban naar). Akan tetapi sangat
disayangkan bahwa tidak semua orang
mengikuti jalan yang akan membawanya pada happy
ending tersebut. Ini sangat kontradiktif. Di satu
sisi orang menginginkan kebaikan tapi di sisi lain ia tidak pernah menempuh
jalan menuju kebaikan tersebut. Padahal hanya orang yang menyadari dan
benar-benar mau menempuh jalan tersebut yang akan tiba pada kehidupan akhir
yang damai dan sejahtera.
Sebagai
ilustrasi, kita tidak akan pernah sampai di sekolah, atau tempat lainnya yang
kita inginkan kalau hanya berdiam diri saja dan tidak pernah berupaya merintis
jalan atau berjalan menuju kesana. Kita ingin ke Bali tapi hanya melihat gambar
saja atau mendengar cerita orang yang pernah ke Bali, tanpa pernah mau menabung
dan berupaya mencari tahu bagaimana caranya ke Bali, maka kita tidak akan
pernah menikmati indahnya pulau Dewata tersebut. Kita ingin menjadi penerbang
Angkatan Udara tapi hanya berdiam saja dan tidak pernah merintis jalan untuk
menjadi penerbang, maka semua itu hanya ada pada sebatas mimpi dan angan-angan
yang tidak akan pernah terwujud secara nyata.
Nabi Muhammad
saw, sebagai panutan manusia telah memberikan statemen bahwa semua ummatnya
akan masuk surga kecuali yang tidak mau. Yang digolongkan kedalam orang yang
tidak mau ini antara lain adalah orang yang tidak mengikuti jalan yang telah
ditunjukinya. Padahal beliau telah meninggalkan pedoman agar kita bisa tiba
pada kehidupan damai tadi, yaitu Al Qur’an dan As Sunnah. Untuk mewujudkan
kemauan tadi, memasuki surga yang damai sejahtera, tidak ada jalan lain kecuali
mengikuti petunjuk Allah swt melalui pedoman yang ditinggalkan Nabi Muhammad
saw yaitu Al Qur’an dan As Sunnah.
Di zaman yang
serba instant, orang senantiasa mencari dan mendapatkan sesuatu dengan praktis
dan gampang. Demikian juga untuk mendapatkan surga maka orang pun tak lepas
untuk mendapatkannya dengan cara yang instant, mencari jalan pintas untuk
mencapai tujuannya. Bukannya tidak dibenarkan tapi perlu diperhatikan jalan
yang benar-benar efektif dan bertujuan
ke arah yang dikehendaki. Saat terjadi kemacetan
di ibukota, orang memilih untuk melalui jalan tol. Pemilihan jalan tol yang
salah akan menyebabkan jarak yang ditempuh semakin jauh bahkan lebih tragis
lagi tidak mencapai tujuan. Ini yang perlu dihindari. Maka perhatikanlah jalan
pintas ke surga yang disampaikan oleh ulama kita Ibnul Qayyim al Jauziyah :
Pertama, pandai-pandailah untuk
bertaubat kepada Allah swt. Sebagai manusia yang lemah, kita pasti
pernah melakukan kesalahan. Dengan taubatan
nasuha (taubat yang sebenarnya) dan berjanji untuk tidak mengulangi
kesalahan tersebut, insya Allah kita mulai merintis jalan ke surga.
Kedua, Pandai-pandailah menjaga
diri. Lingkungan kita sangat berpengaruh terhadap prilaku kita. Tekad yang
sudah kita tanamkan dalam hati untuk merintis jalan ke surga hendaklah kita
jaga dengan tetap istiqomah, tetap
konsisten di jalan Allah dan tidak terpengaruh dengan lingkungan yang buruk.
Keluarga, teman bisa jadi tidak mendukung kita bahkan mempengaruhi kita untuk
melakukan hal-hal diluar norma agama. Tetaplah beristighfar, mohon ampun kepada
Allah atas dosa yang kita lakukan. Sekecil apapun kesalahan yang kita perbuat
terhadap Allah. Rasulullah saw sebagai orang yang sudah pasti tempatnya kelak
di akhirat, masih beristighfar (mohon ampun) kepada Allah sampai 70 kali bahkan
100 kali sehari. Padahal beliau termasuk orang yang ma’sum dimana Allah menjamin beliau terlepas dari dosa. Bagaimana
dengan kita yang tak bergaransi sedikitpun ?
Ketiga, Pandai-pandailah membangun
rasa takut kepada Allah. Ketika kita merasa takut
terhadap sesuatu, biasanya kita akan menjauhi hal yang kita takuti. Tapi lain halnya kalau takut kepada Allah bukan
berarti kita menjauhiNya tapi sebaliknya, justru kita harus mendekati Allah swt
agar senantiasa mendapat perlindunganNya.
Dengan senantiasa
mengkaji Al Quran dan mengkaji ilmu pengetahuan maka kita akan mampu mendekati
Allah swt dan mendapatkan rahmatNya untuk kemudian bisa mendapatkan surga yang
dijanjikan.
Keempat, menghadap Allah
dengan hati yang selamat. Menata hati adalah pekerjaan yang gampang-gampang
susah. Perlu ekstra hati-hati dalam mengelolanya karena sumber kebaikan dan
keburukan ada disini, di hati.
Kiat lain yang
juga merupakan jalan pintas ke surga
adalah membiasakan diri untuk ke majelis ta’lim, atau majelis ilmu.
Hadits Rasulullah dalam kitab Nasihi Binniat yang ditulis oleh Abdullah al
Hadad : “Satu kali hadir dalam majelis ilmu, manfaatnya lebih besar disbanding
shalat sunnah seribu rakaat”. Keutamaan lain majelis ilmu adalah bernilai lebih
dibanding mengurus seribu jenazah dan menunjungi seribu orang sakit. Bukan
berarti tidak usah shalat sunnah atau tidak menjenguk orang sakit, tapi justru
kalau rajin ke majelis ilmu, rajin shalat sunah dan mengunjungi orang sakit
maka pahalanya insya Allah berlipat ganda.
Demikian beberapa
kiat atau jalan pintas yang bisa kita jadikan acuan dalam upaya mencari ridho
Allah guna mendapat surga yang salam, damai sejahtera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar